kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Didukung SWF, begini rekomendasi saham konstruksi


Minggu, 31 Januari 2021 / 15:37 WIB
Didukung SWF, begini rekomendasi saham konstruksi
ILUSTRASI. Pembentukan SWF masih menjadi sentimen utama sektor konstruksi BUMN.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa hari terakhir, pasar saham Indonesia tertekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat telah terkoreksi sebesar 7,06% dalam seminggu terakhir. Saham-saham emiten konstruksi pun kompak melemah. Kendati demikian, para analis sepakat bahwa saham-saham emiten konstruksi masih menarik untuk dikoleksi.

Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian menjelaskan, saham emiten konstruksi bisa jadi pilihan investor, namun untuk jangka panjang. Pasalnya, sektor ini untuk paruh pertama pada tahun ini secara umum cenderung tertekan. Salah satu penopangnya adalah dirilisnya laporan keuangan 2020 yang hasilnya akan buruk.

“Apalagi, emiten konstruksi ini memang siklikal dan cenderung lemah di semester pertama baik dalam bentuk pencapaian kontrak baru maupun progress konstruksi proyek berjalan. Ditambah lagi, belakangan angka kasus baru corona yg masih naik terus sehingga memberikan sentimen negatif ke seluruh sektor,” terang Joey kepada Kontan.co.id, Jumat (29/1).

Sementara program pemerintah dalam pembentukan sovereign wealth fund (SWF) dinilai Joey masih akan jadi sentimen utama yang ke depannya akan mendongkrak kinerja emiten konstruksi. Namun, dalam jangka pendek, SWF yang masih dalam proses, tentunya membuat proses divestasi aset jalan tol masih belum lancar.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) punya obligasi jatuh tempo Rp 1,2 triliun bulan depan

Senada, analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael mengatakan, sektor konstruksi masih jadi salah satu yang menarik seiring komitmen pemerintah pada pembangunan infrastruktur pada 2021. Ia melihat hal tersebut tercermin dari anggaran untuk infrastruktur yang naik 47% dari tahun lalu menjadi Rp 414 triliun.

Selain itu, melalui Omnibus Law, pemerintah juga menerbitkan beberapa kebijakan yang akan punya dampak langsung pada sektor konstruksi, khususnya kontraktor BUMN. Beberapa di antaranya adalah soal Nusantara Investment Authority (NIA), pengadaan tanah publik, dan badan bank tanah.

“Lewat pembentukan NIA, kami melihat akan ada kejelasan soal divestasi infrastruktur yang pada akhirnya akan menguntungkan kontraktor BUMN, khususnya PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan banyaknya jalan tol yang beroperasi,” kata Joshua.

Sementara dengan adanya pengaturan pengadaan tanah publik dan pembentukan badan bank tanah akan sangat menguntungkan semua kontraktor BUMN. Hal ini dikarenakan keterlambatan proyek sebagian besar disebabkan oleh kesulitan pembebasan tanah.

Baca Juga: Simak rekomendasi Suhu Yo tentang saham berprospek bagus di tahun kerbau logam

Kinerja Emiten Konstruksi

Joey meyakini anggaran infrastruktur yang besar punya peran penting dalam pemulihan kinerja emiten konstruksi. Jika penyerapan anggaran infrastruktur lancar, dia melihat kinerja sektor konstruksi akan sangat baik pada tahun ini. Bahkan, Joey memperkirakan pertumbuhan laba emiten konstruksi yang diproyeksi sebesar 157% year on year (yoy) merupakan salah satu yang tertinggi di IHSG.

Pemulihan laba didorong oleh tingkat burn rate yang lebih tinggi alias eksekusi proyek yang lebih baik di proyek yang sedang berjalan. Burn rate diprediksi mencapai 84% dari level 2019 didukung oleh  perizinan dan regulasi pembukaan lahan baru yang lebih sederhana melalui omnibus law.

“Proyeksi kami sebenarnya relatif konservatif jika dibandingkan dengan konsensus yang tumbuh 185% karena mengantisipasi dampak pandemi yang masih menghambat perolehan kontrak baru. Sucor memproyeksikan, keseluruhan nilai kontrak baru akan sebesar Rp 107,4 triliun pada tahun ini atau naik 15% yoy,” tambah Joey.

Baca Juga: Demi Menambah Konsesi Tol, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Memprakarsai Sejumlah Proyek

Setali tiga uang, Joshua juga optimistis kinerja kontraktor pada tahun ini akan mengalami perbaikan kinerja secara gradual. Hal ini seiring dengan proyek-proyek yang tertunda pada tahun lalu akan dilanjutkan pada tahun ini. 

Dus, kontrak baru, order book, pendapatan, dan laba bersih emiten kontraktor akan positif pada tahun ini. Walaupun membaik, Joshua meyakini kinerjanya masih akan tetap sedikit di bawah level sebelum pandemi.

Dia memproyeksikan, kontrak baru gabungan dan order book PT PP Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), WSKT, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) pada tahun ini akan tumbuh 20%-25% dan 5%-10% year on year. Sementara untuk pendapatan, Joshua memperkirakan akan tumbuh sekitar 25%-30% dan laba bersih akan kembali ke area positif.

“Jadi perpaduan anggaran yang lebih besar dan omnibus law akan jadi katalis positif untuk sektor ini. Apalagi, program vaksinasi juga turut menambah sentimen positif,” imbuh dia.

Baca Juga: Perolehan kontrak PTPP sesuai target, simak rekomendasi saham dari analis berikut

Joshua menjagokan WSKT dan ADHI sebagai top pick dari sektor konstruksi. WSKT dianggap sebagai emiten yang paling diuntungkan dengan adanya SWF. Sedangkan ADHI dinilai sebagai emiten konstruksi dengan valuasi paling murah saat ini.

Sementara Joey memilih PTPP dan WIKA sebagai top pick karena memiliki order book yang paling besar dan gearing ratio yang paling rendah. Tapi dia lebih memilih PTPP ketimbang WIKA karena emiten ini punya rasio order book dibanding pendapatan yang lebih besar yakni 5,4x berbanding 6,0x. Apalagi PTPP punya valuasi yang paling murah dibanding emiten konstruksi lainnya, hanya 0.87x 2021F PBV.

Berikut rekomendasi analis untuk saham-saham emiten konstruksi:

1. PT Adhi Karya Tbk (ADHI

ADHI tercatat membukukan kontrak baru senilai Rp 20 triliun pada tahun lalu. Jumlah tersebut berhasil naik 36,1% secara tahunan. ADHI memasang target kontrak baru bisa catatkan kenaikan 20% yoy menjadi Rp 24 triliun untuk tahun ini.

Analis UOB Kay Hian Arandi Ariantara merekomendasikan untuk beli saham ADHI dengan target harga Rp 1.900 per saham.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) raih kontrak Rp 19,7 triliun sepanjang 2020

2. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA

Pada tahun lalu, WIKA membukukan kontrak baru sebesar Rp 23 triliun. Jumlah tersebut turun 44,1% secara tahunan. Terkait kontrak baru pada tahun ini, WIKA menargetkan bisa mencatatkan pertumbuhan 73,91% yoy menjadi Rp 40 triliun.

Analis MNC Sekuritas Muhammad Rudy Setiawan merekomendasikan untuk beli WIKA dengan target harga Rp 2.400 per saham. 

Baca Juga: Kehadiran SWF beri Wijaya Karya (WIKA) peluang untuk menggarap proyek jumbo

3. PT PP Tbk (PTPP

PTPP berhasil mencatatkan kontrak baru senilai Rp 22,3 triliun pada tahun lalu. Jumlah tersebut turun 33,6% secara tahunan. Untuk tahun 2021, PTPP mematok target bisa mengantongi Rp 30,1 triliun atau naik 35% dari tahun lalu.

Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian merekomendasikan untuk beli saham PTPP dengan target harga Rp 3.000 per saham.

Baca Juga: PTPP akan menawarkan aset dengan kepemilikan mayoritas kepada SWF

4. PT Waskita Karya Tbk (WSKT

WSKT sepanjang 2020 berhasil membukukan kontrak baru mencapai Rp 27 triliun. Jumlah tersebut naik 3,8% secara tahunan. WSKT mempunyai target kontrak baru sebesar Rp 31,6 triliun pada tahun 2021 atau tumbuh 17% dari perolehan 2020.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Maria Renata merekomendasikan untuk beli saham WSKT dengan target harga Rp 2.000 per saham.

Baca Juga: Melambung sejak awal tahun, begini rekomendasi saham-saham pelat merah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×