kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diapit sentimen dugaan korupsi dan kinerja, begini rekomendasi saham Garuda (GIAA)


Jumat, 06 November 2020 / 19:00 WIB
Diapit sentimen dugaan korupsi dan kinerja, begini rekomendasi saham Garuda (GIAA)
ILUSTRASI. Sebuah pesawat udara terbang melintas di atas jalan raya saat bersiap mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Senin (14/1/2019).


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serious Fraud Office (SFO) Inggris atau lembaga yang mengusut perkara korupsi mengumumkan telah memulai penyelidikan terkait kasus dugaan korupsi Bombardier dan maskapai Garuda Indonesia (GIAA).

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya menghormati proses hukum yang tengah berjalan sehubungan dengan dugaan suap kontrak penjualan pesawat Bombardier pada periode tahun 2012 lalu. “Garuda Indonesia juga secara aktif akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang guna memastikan dukungan penuh atas upaya penegakan hukum kasus tersebut,” ungkap Irfan dalam siaran pers, Jumat (6/11).

Analis KGI Sekuritas Nugroho Rahmat Fitriyanto mengungkapkan, untuk mengetahui dampak dari kasus dugaan korupsi tersebut terhadap kinerja operasional dan keuangan GIAA harus menunggu lebih lanjut perkembangan kasus tersebut. “Jika memang ada indikasi penjatuhan denda atau sanksi terhadap GIAA, tentunya ini bisa berdampak pada performa keuangan perusahaan,” kata Nugroho kepada Kontan.co.id, Jumat (6/11).

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengungkapkan hal serupa. Menurut dia, apabila nantinya terbukti terjadi pelanggaran hukum maka harus ada sanksi yang tegas.

Baca Juga: Terseret kasus suap Bombardier, Garuda tetap operasikan pesawat CRJ-1000

Dengan adanya kejadian ini, Nafan berharap GIAA memiliki integritas yang lebih baik lagi dan dapat memperkuat implementasi good corporate governance (GCG) pada seluruh aktivitas bisnis GIAA. Sejauh ini, sambung Nafan, beredarnya kabar tersebut tak memberikan dampak signifikan terhadap saham GIAA.

Kalaupun pada perdagangan berikutnya melemah, dia memperkirakan penurunan tersebut hanya sementara. Nafan memandang prospek saham GIAA masih cukup baik meski banyak tekanan yang mengelilingi GIAA. Rencana pemerintah membentuk holding baru dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk perusahaan yang berhubungan dengan penerbangan (aviasi) dan pariwisata dinilai bisa menjadi sentimen positif untuk GIAA.

Baca Juga: KPK Inggris selidiki Bombardier atas dugaan suap penjualan pesawat ke Garuda

Dia memperkirakan saham GIAA bisa menguat apabila rencana tersebut terealisasi. Berkaca pada pembentukan holding sebelumnya, misalnya holding perbankan syariah BUMN yang membuat saham BRIS melambung tinggi. “Wacana holding aviasi ini bagus ya untuk GIAA, penting dalam rangka untuk meningkatkan aset,” kata Nafan.

Katalis positif lainnya datang dari stimulus pemerintah berupa penghapusan atau peniadaan tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau Passenger Service Charge (PSC) untuk 13 bandar udara di Indonesia. Nafan bilang, stimulus ini bisa mengerek jumlah penumpang.

Dia menambahkan ada potensi saham GIAA memasuki fase uptrend seiring dengan katalis-katalis tersebut. Nafan merekomendasikan beli saham GIAA di area Rp 244 hingga Rp 250 dengan target harga Rp 264, Rp 298, Rp 378, dan target selanjutnya di Rp 456.

Sementara itu, Nugroho mengungkapkan progres pemulihan kinerja GIAA hingga kuartal III-2020 ini juga cukup baik. Pendapatan Garuda naik 48,5% secara kuartalan.

Baca Juga: Pendapatan ambles 67,79%, Garuda Indonesia (GIAA) merugi US$ 1,07 miliar

Secara tahunan Garuda Indonesia memperoleh pendapatan sebesar US$ 1,14 miliar hingga kuartal ketiga tahun ini. Pendapatan tersebut anjlok 67,79% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$ 3,54 miliar. Penurunan kinerja ini sejalan dengan menyusutnya jumlah penumpang pada sembilan bulan pertama tahun ini. Hingga akhir September, GIAA mencatat kerugian bersih US$ 1,07 miliar.

Nugroho belum merekomendasikan saham-saham penerbangan termasuk GIAA untuk saat ini. “Belum layak untuk koleksi pada saat ini, kita masih harus menunggu demand transportasi udara untuk pick-up, dan itu saya proyeksikan terjadi bilamana pandemi ini sudah bisa teratasi dengan baik, at least vaksin sudah disebar kepada 60% masyarakat,” pungkas dia.

Baca Juga: Garuda Indonesia diinvestigasi KPK Kerajaan Inggris, begini komentar Erick Thohir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×