Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi di Swiss meningkat lebih dari perkiraan menjadi 1,7% pada bulan Desember, tetap berada dalam target dan perkiraan dasar SNB, namun melampaui konsensus pasar.
Peningkatan inflasi juga sejalan dengan lonjakan yang terjadi di negara-negara tetangga Swiss yang merupakan anggota Euro, sehingga membenarkan kenaikan suku bunga SNB untuk mendukung Franc dan membatasi inflasi impor dari mitra dagang utama negara tersebut.
Sentimen itu, kata Sutopo, menentang meningkatnya pertaruhan pasar terhadap percepatan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.
"Selain kebijakan moneter, SNB juga mendorong franc dengan terus-menerus menjual mata uang asing dengan data terbaru menunjukkan cadangan devisa turun ke level terendah dalam tujuh tahun terakhir.
Karenanya, CHF diperkirakan diperdagangkan pada 0,86 pada akhir kuartal ini. Sementara di akhir tahun diperkirakan berada di 0,89.
"Untuk jangka panjang, dengan kondisi geo-politik yang tidak menentu, sepertinya franc Swiss akan tetap menjadi mata uang lindung nilai, sedangkan Yen kemungkinan akan tetap melemah untuk jangka panjang karena spread suku bunga yang berbeda dengan negara ekonomi maju lainya," tegasnya.
Adapun untuk rupiah diperkirakan tahun ini masih akan melemah dengan rentang Rp 15.100 - Rp 16.000 per dolar AS. Sutopo memprediksi di akhir kuartal I 2024 rupiah akan berada di Rp 15.600 per dolar AS dan di akhir tahun di Rp 15.840 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News