Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar Amerika Serikat (AS) tertekan ke level 102,6 pada Rabu (29/11), berada di level terendah dalam tiga bulan. Lantas, mata uang apa yang menarik diperhatikan?
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, penurunan indeks dolar AS sebagai akibat aksi profit taking yang dilakukan investor. "Sebab, pada awal November ini indeks dolar AS sempat berada di level 107," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (29/11).
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo melanjutkan, turunnya indeks dolar AS juga karena komentar terbaru Federal Reserve memperkuat spekulasi bahwa bank sentral telah selesai menaikkan suku bunga dan dapat mulai memangkas suku bunga tahun depan.
Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan bahwa pengaturan moneter saat ini cukup membatasi dan menandai kemungkinan penurunan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee juga mencatat kemajuan signifikan dalam inflasi, sementara Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan karena dinamika yang berkembang membuat inflasi tetap tinggi.
Baca Juga: Gubernur BI Perry Warjiyo Sebut Perekonomian Global Tak Ramah pada 2024
"Pasar kini melihat peluang sebesar 40% bagi the Fed untuk mulai melakukan pelonggaran kebijakan pada bulan Maret 2024," kata Sutopo.
Dia menambahkan, investor saat ini menantikan data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS. Kemudian data pendapatan dan belanja pribadi, serta PMI Manufaktur ISM untuk panduan lebih lanjut.
Karenanya, pasar disebut untuk beberapa saat memasuki mode risk-on. Sehingga mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti Euro (EUR) dan Poundsterling (GBP) menguat tajam. Lalu juga ada mata uang antipodean, yaitu dolar Australia (AUD dan dolar Selandia Baru (NZD) yang dapat diperhatikan.
Namun, diperkirakan jelang akhir tahun akan turun kembali lantaran dolar AS (USD) akan menguat kembali seiring prediksi naiknya indeks dolar AS ke 105. Adapun EUR-USD tertahan pada harga 1,1000 dan masih ada kemungkinan menguat terbatas ke 1,1100, sebelum turun ke harga 1,0850. GBP-USD tertahan pada harga 1,2700 dan ada kapasitas untuk menguat ke 1,2750 sampai 1,2800 sebelum turun ke 1,2500.
Baca Juga: Rupiah Menguat ke Rp 15.395 Per Dolar AS, Simak Prediksi Untuk Kamis (30/11)
"Untuk AUD-USD kemungkinan akan turun kembali ke 0,6500 dan NZDAUD melemah ke 0,6050 sebelum menguat kembali," paparnya.
Adapun hal tersebut disebabkan dari indeks dolar AS yang diperkirakan kembali naik ke 105 di akhir tahun. Salah satu pendorongnya dari pembelian USD yang akan meningkat di akhir tahun seiring banyak kredit yang jatuh tempo.
Senada, Lukman menilai efek pelemahan dolar AS tak serta merta membuat apresiasi mata uang utama dunia akan signifikan. Ia memproyeksikan peningkatannya akan terbatas, mengingat pada gilirannya data-data ekonomi, terutama inflasi seperti di Eropa, Inggris, maupun Australia akan menunjukkan angka-angka yang lemah.
Baca Juga: Harga Emas Mendekati Puncak 7 Bulan Akibat Pelemahan Dolar dan Yield US Treasury
Menurut Lukman, justru mata uang yang diuntungkan dari negara yang inflasi dan tingkat suku bunga yang telah stabil. Misalnya, Thai Baht (THB), Malaysian Ringgit (MYR), dan China Yuan (CNY).
"Sedangkan rupiah yang walau inflasi telah di dalam target, namun tingkat suku bunga masih tinggi. Apabila dipertahankan akan mendukung rupiah, tetapi BI tentunya lebih memilih untuk menurunkannya apabila tekanan dari dolar AS telah mereda, alhasil penguatan rupiah akan terbatas," paparnya.
Hingga akhir tahun diperkirakan THB di 33, MYR di 4,45-4,50, dan CNY di 7,0.
Baru di tahun depan, mata uang utama dunia akan unjuk gigi. Namun dengan asumsi ekonomi rebound dan terjadi sentimen risk on. Dari sana, EUR diperkirakan akan berkisar 1,13-1,15, GBP 1,31-1,33, dan AUD 0,73-0,75.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News