Reporter: Namira Daufina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Minim katalis dari dalam negeri menyebabkan rupiah sulit mengungguli dollar AS. Apalagi, mata uang The Greenback sedang di atas angin menyusul sinyal kenaikan suku bunga The Fed pada Juni mendatang.
Selasa (31/5), di pasar spot, nilai tukar rupiah melemah 0,06% ke level Rp 13.648 per dollar AS. Namun, kurs tengah Bank Indonesia mencatat, mata uang Garuda menguat 0,19% ke posisi Rp 13.615 per dollar AS.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang Bank Mandiri menilai, pelaku pasar masih fokus menanti kelanjutan data ekonomi Amerika Serikat. Di akhir pekan ini, perhatian pasar akan tertuju pada rilis data ketenagakerjaan. Sebab, data tersebut akan menjadi acuan bagi The Fed dalam menentukan arah suku bunga pada pertemuan Juni mendatang.
“Untuk sementara, dollar AS memang masih unggul, jadi sulit dikalahkan mata uang lainnya,” jelas Reny. Padahal kemarin, Paman Sam sepi rilis data ekonomi lantaran pasar AS libur.
Meski demikian, lanjut Reny, pelemahan rupiah juga cenderung sempit, karena tertopang sentimen positif dari pasar Asia. Sebab, Jepang merilis data pengeluaran rumah tangga, tingkat pengangguran dan produksi industri yang cukup bagus, sehingga memberi angin segar pada mata uang Asia lainnya, termasuk rupiah.
Di dalam negeri, kata Reny, permintaan terhadap dollar AS memang sedang tinggi untuk pemenuhan pembayaran utang korporasi dan pemerintah di akhir bulan. “Pasar saat ini cenderung pegang dollar AS, sehingga masih cukup berat bagi rupiah untuk bisa membalikkan keadaan," proyeksinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News