Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski fundamental perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mencatatkan perbaikan, namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum juga memperlihatkan tanda-tanda untuk kembali ke level tertingginya.
IHSG pada Senin sore ini (17/9) turun 107 poin atau 1,8% menjadi 5.824,26.
Dalam data akhir semester I-2018 yang diberikan oleh Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, Jumat (14/9) lalu, pendapatan perusahaan yang tercatat di BEI naik 8,6% year on year menjadi Rp 1.552 triliun.
Sementara laba perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI memperlihatkan kenaikan yang lebih signifikan lagi, yakni sebesar 21% di semester I-2108 atau sebesar Rp 178 triliun dibandingkan dengan laba perusahaan yang tercatat di BEI sepanjang semester I-2017 yakni sebesar Rp 147 triliun.
Tak cuma itu, dalam statistik pasar modal OJK per 24 Agustus 2018, rata-rata voume perdagangan harian tahun ini suda mencapai 13,41 miliar saham dengan nilai Rp 8,77 triliun. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu yakni hanya sebesar 12,24 miliar saham dengan nilai Rp 7,62 triliun.
Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengakui, memang rata-rata kinerja perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) memang sudah cukup baik. Namun, dampak depresiasi rupiah masih menjadi pemberat bagi emiten-emiten yang ada di BEI.
"Yang membuat investor asing khawatir adalah terkait kinerja perusahaan Indonesia yang mayoritas merupakan importir bahan baku," kata Lanjar kepada KONTAN, Senin (17/9). Pelemahan rupiah akan berimbas pada ongkos biaya, utang, dan aset perusahaan di Indonesia.
Beberapa sentimen eksternal, menurut Lanjar masih akan mempengaruhi laju indeks hingga akhir tahun yang akan datang. Salah satunya, ketegangan perang dagang global AS dan mitra dagang menjadi pengaruh bagi indeks karena berpotensi merembet ke kondisi ekonomi Amerika Serikat.
Selain itu depresiasi nilai tukar di emerging market dan depresiasi nilai tukar rupiah juga mau tak mau menjadi sentimen pemberat indeks.
Untuk target pesimis, Lanjar memprediksi IHSG akan finish di level 6.000 akhir tahun nanti. Untuk target optimis, ia mematok angka 6.200.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News