Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) merosot pada periode setengah tahun ini. DOID berbalik menanggung rugi bersih senilai US$ 26,58 juta pada semester I-2024.
Hanya sebagai gambaran, kerugian DOID tersebut setara dengan Rp 432,27 miliar jika dikonversi memakai kurs saat ini Rp 16.260 per dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, pada semester I-2023 emiten jasa pertambangan ini masih mampu membukukan laba bersih senilai US$ 4,92 juta.
Kerugian ini terjadi ketika pendapatan neto DOID terpangkas tipis 0,24% secara tahunan (Year on Year/YoY) dari US$ 857,07 juta menjadi US$ 854,97 juta pada semester I-2024. Namun beban pokok pendapatan DOID meningkat 2,71% (YoY) menjadi US$ 781,12 juta.
Membawa DOID mengantongi laba bruto sebesar US$ 73,85 juta atau menurun 23,56% secara tahunan. Pada periode enam bulan pertama 2024, beban keuangan dan beban lain-lain DOID melonjak masing-masing 32,11% (YoY) ke level US$ 56,93 juta dan meroket 842,77% menjadi US$ 15,65 juta.
Baca Juga: Delta Dunia Makmur (DOID) Mendirikan Anak Usaha Baru
Hasil ini turut membuat DOID membukukan rugi periode berjalan senilai US$ 26,58 juta pada semester I-2024. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, DOID masih mampu mencetak laba periode berjalan US$ 4,92 juta.
Penurunan bottom line ini membuat DOID mencatatkan rugi bersih per saham dasar dan dilusian sebesar US$ 0,00350 per 30 Juni 2024. Dibandingkan laba bersih per saham US$ 0,00065 pada 30 Juni 2023 lalu.
Manajemen Delta Dunia Group menerangkan bahwa penurunan bottom line DOID terutama disebabkan oleh kerugian selisih kurs sebesar US$ 12 juta akibat fluktuasi nilai tukar mata uang yang merugikan dari rupiah dan dolar Australia terhadap dolar AS.
Namun, kerugian selisih kurs membaik pada kuartal II-2024. Menurun dari US$ 11,5 juta pada kuartal I-2024 menjadi US$ 0,7 juta pada kuartal II-2024.
Jika kerugian selisih kurs dinormalisasi, bersama dengan dampak dari Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan biaya persetujuan satu kali (one-off consent costs), kerugian bersih Delta Dunia Group sebesar US$ 1 juta.
Di sisi lain, arus kas operasional untuk semester I-2024 meningkat 15% (YoY), mencapai sekitar US$ 164 juta. Didorong oleh peningkatan yang signifikan dalam pengelolaan modal kerja.
Namun, arus kas bebas menurun karena investasi yang signifikan pada aset-aset seperti Sun Energy dan akuisisi strategis Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) yang baru dirampungkan. Jika dinormalisasi dengan akuisisi ACG, arus kas bebas akan menjadi US$ 68 juta dibandingkan dengan negatif US$ 47 juta.
Ekspansi operasional mendorong sebagian besar pertumbuhan belanja modal Delta Dunia Grup pada semester I - 2024, yang meningkat 78% (YoY) menjadi USD79 juta. Pengeluaran ini mendukung kegiatan ramp-up di sejumlah site yang ada di Indonesia dan Australia serta kapitalisasi biaya perbaikan dan pemeliharaan.
Adapun, panduan belanja modal Delta Dunia Grup untuk setahun penuh sebesar US$ 150 juta hingga US$ 190 juta. Seiring dengan ekspansi operasional Delta Dunia Grup, mempertahankan kontrol yang ketat atas belanja modal tetap menjadi fokus utama.
Direktur Delta Dunia Group Dian Andyasuri mengklaim, DOID menghasilkan kinerja yang stabil di tengah kondisi cuaca ekstrem dan pelemahan nilai tukar mata uang. "Ketahanan ini mencerminkan kejelian strategis dalam menavigasi risiko yang tak terkendali dan komitmen untuk mentransformasi bisnis dan mendiversifikasi sumber pendapatan kami," terang Dian dalam rilis keterbukaan informasi, Kamis (1/8).
Secara operasional, volume batubara DOID stabil pada level 42 metrik ton (MT). Sementara pengupasan tanah (overburden removal) secara keseluruhan turun 5% sebesar 271 juta bank cubic meter (bcm) akibat berlanjutnya curah hujan ekstrem, yang memengaruhi tingkat produksi selama enam bulan terakhir.
Direktur Delta Dunia Group Iwan Fuad Salim mengungkapkan di separuh kedua tahun ini DOID akan tetap fokus pada keunggulan operasional dan manajemen keuangan yang cermat. Hal ini dijalankan bersamaan dengan strategi pertumbuhan.
"Ekspansi kami baru-baru ini di AS menunjukkan komitmen untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham dengan mentransformasi Grup menjadi bisnis pertambangan yang terdiversifikasi secara global," terang Iwan.
Baca Juga: DOID Bakal Diversifikasi dan Reduksi Ketergantungan Batubara Thermal Hingga 50%
Dalam aksi korporasi lainnya, DOID menggelar pembelian kembali saham (buyback) dan pengurangan modal. Hingga 26 Juli 2024, DOID telah membeli 483,1 juta lembar saham melalui program share buyback. DOID juga membeli US$ 34,8 juta Senior Notes melalui pembelian di pasar terbuka dan US$ 153 juta melalui penawaran tender.
Dari sisi pergerakan saham, harga DOID melemah 2,61% ke level Rp 745 hingga pukul 10:14 WIB pada Kamis (1/8). Secara year to date, harga saham DOID mengalami kenaikan 111,65%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News