Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi belum pasti, investasi reksadana yang menawarkan beragam jenis dan risiko jadi paling cocok untuk dijadikan instrumen investasi. Pemulihan ekonomi juga mendukung prospek kinerja instrumen investasi ini.
Berdasarkan data Infovesta Utama hingga akhir September, kinerja reksadana pendapatan tetap jadi yang paling unggul di antara jenis lain. Pertumbuhan kinerja selanjutnya disusul oleh reksadana pasar uang, campuran, dan saham.
Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana melihat, reksadana pendapatan tetap masih terbaik sepanjang tahun ini karena tren bunga turun. Selain itu, reksadana pendapatan tetap memberi kupon pasti. Tapi di September, Wawan bilang, isu tapering di Amerika Serikat (AS) membuat harga obligasi turun.
Baca Juga: Jumlah fintech lending menyusut drastis, apa masalahnya?
Sementara, rata-rata kinerja reksadana saham yang masih minus, membuat perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan reksadana saham belum menjadi prioritas pilihan investasi dalam jangka pendek. Namun, jika tujuan investasi di reksadana saham untuk jangka panjang maka reksadana saham baru cocok dan menarik dipilih. Sementara, Eko mengatakan reksadana pendapatan tetap menarik dipilih untuk investasi jangka menengah 2 hingga 4 tahun.
Sementara Eko melihat dengan adanya sentimen tapering, reksadana yang lebih menarik dipilih untuk jangka menengah adalah reksadana pendapatan tetap dengan denominasi dolar AS. "Saat tapering off terjadi, bagi investor yang khawatir nilai tukar rupiah akan jatuh bisa memilih produk yang berbasis valas," kata Eko. Reksadana pendapatan tetap denominasi rupiah juga tetap menarik karena instrumen ini memberikan imbal hasil cenderung stabil dan berisiko lebih rendah dari reksadana saham.
Sementara, prospek pemulihan kinerja reksadana saham, Eko proyeksikan baru akan terjadi dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Di samping itu, bagi investor yang memiliki jangka investasi panjang bisa memanfaatkan untuk mulai mencicil reksadana saham saat harga sedang murah.
Baca Juga: Lepas 390 juta saham, Ace Oldfields tetapkan harga IPO di Rp 195 per saham
Wawan menambahkan dalam jangka pendek kinerja pasar saham di kuartal keempat berpotensi naik dan mencatatkan kinerja positif. Sentimen yang mendukung adalah Indonesia sudah melewati puncak Covid-19 dari varian delta. Selain itu, Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga sudah dilonggarkan.
Harga komoditas energi yang terus naik juga berpotensi mengangkat IHSG kembali ke level 6.500-6.600 di akhir tahun ini.
Wawan menilai reksadana pendapatan tetap masih menjanjikan. Sedang reksadana pasar uang aman dan likuid. Dia memperkirakan reksadana saham di akhir tahun ini masih negatif. Walaupun positif, kenaikannya tipis. "Masih ada 5% yang harus reksadana saham kejar di tiga bulan terakhir ini," kata Wawan. Tapi tahun depan prospek reksadana saham menjanjikan.
Sementara itu, prospek reksadana saham di tahun depan, bergantung pada pertumbuhan ekonomi di tahun depan. Target pertumbuhan ekonomi di tahun depan adalah di atas 5%, sementara target IHSG paling tidak naik 10%. Untuk reksadana saham, Wawan memproyeksikan kinerjanya tidak akan terlalu jauh dari IHSG karena manajer investasi mulai berani masuk ke sektor teknologi.
Eko mengatakan instrumen reksadana jadi instrumen yang menarik asalkan disesuaikan dengan jangka waktu investasi.
Baca Juga: Bisakah investor melakukan windows dressing tahun 2021 ini? Simak penjelasan analis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News