kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,87%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Daya Beli Masyarakat Tertekan, Cermati Rekomendasi Saham Emiten Ritel


Kamis, 04 Juli 2024 / 10:42 WIB
Daya Beli Masyarakat Tertekan, Cermati Rekomendasi Saham Emiten Ritel
Penjualan produk makanan ringan pada gerai ritel modern di Bintaro, Tangerang Selatan, Kamis (27/6/2024). Pelemahan daya beli masyarakat dikhawatirkan berlanjut dan berpotensi berdampak pada kinerja emiten ritel.


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonomi Indonesia kembali mengalami deflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pada Juni 2024, terjadi deflasi 0,08% secara bulanan. Ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,03% secara bulanan.

Salah satu penyebab deflasi selama dua bulan beruntun adalah melemahnya daya beli masyarakat. Penyumbang lain, inflasi komponen harga bergejolak atau volatile food yang juga turun cukup dalam. 

Pada Juni 2024, inflasi secara tahunan sebesar inflasi 2,51%, lebih rendah dari bulan Mei sebesar 2,84%.

Baca Juga: Terdampak Deflasi, Emiten Ritel Diproyeksikan Tetap Merekah di Kuartal IV 2024

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai, deflasi akan berdampak negatif bagi sejumlah emiten di sektor ritel. Menurutnya, di tengah tren suku bunga tinggi, daya beli dan konsumsi masyarakat akan semakin melemah seperti saat ini.

Dia mencermati, selama tingkat suku bunga tinggi, konsumen akan cenderung menyimpan dananya di tabungan. "Ketika daya beli dan konsumsi menurun, masyarakat lebih banyak menyimpan uangnya di tabungan," kata Nico kepada KONTAN, Rabu (3/7).

Meski begitu, kata Nico, consumer confidence index atau indeks kepercayaan konsumen masih terjaga di atas level 100, yakni 125,2 pada Juli ini. Dus, kendati daya beli dan konsumsi turun, keyakinan masyarakat terhadap perekonomian domestik masih sangat baik.

"Hanya saja, saat ini masyarakat mengurangi konsumsinya dan lebih banyak untuk saving," ucapnya.

Baca Juga: Indoritel Sukses (DNET) Targetkan Indomaret Buka 1.000 Gerai Baru pada 2024

Nico memperkirakan, pada kuartal ketiga dan keempat 2024, daya beli dan konsumsi bisa kembali meningkat. Ini seiring adanya pelantikan Presiden terpilih dan gelaran Pilkada hal ini mampu meningkatkan daya beli dan konsumsi nanti. Sentimen itu bisa menjadi salah satu katalis positif bagi emiten ritel ke depannya.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy sepakat, deflasi memberikan dampak negatif pada emiten ritel. Tapi, dia yakin, di kuartal IV-2024, tidak ada lagi deflasi. 

"Karena ada libur Natal dan akhir tahun. Selain itu mulai disesuaikannya harga barang akibat nilai tukar rupiah yang merosot dan naiknya biaya produksi," ungkapnya.

Sementara Fixed Income dan Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi menilai, daya beli masyarakat memang sedang melemah. Cuma, kondisi ini belum sampai menurunkan tingkat konsumsi harian. 

Baca Juga: Mitra Adiperkasa (MAPI) Menebar Dividen Rp 132 Miliar, Intip Jadwalnya

"Sehingga emiten staples seperti INDF, ICBP masih akan kuat," ucapnya.

Nico merekomendasi beli saham AMRT, ACES, dan MAPI dengan target harga masing-masing Rp 3.300, Rp 1.000, dan Rp 2.000. Nico juga merekomendasi beli saham MAPA dan MIDI dengan target harga masing-masing Rp 1.000 dan Rp 535 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×