kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Danareksa Investment Management Berikan Solusi Melalui Pendekatan ESG


Kamis, 23 Maret 2023 / 06:15 WIB
Danareksa Investment Management Berikan Solusi Melalui Pendekatan ESG


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Danareksa Investment Management (DIM) memberikan insight bagi para investor untuk mengoptimalkan berinvestasi secara berkelanjutan atau ESG melalui Reksadana Indeks MSCI Indonesia ESG Screened.

Direktur Sales & Marketing PT Danareksa Investment Management, Upik Susiyawati, mengatakan acara ini dilaksanakan sebagai bentuk komitmen untuk memberikan insight dan mendukung investasi secara ESG atau investasi yang berfokus pada lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang semakin populer di kalangan investor global.

Selain itu, Upik mengatakan kegiatan ini juga ingin memberikan apresiasi tertinggi kepada seluruh investor yang telah berkomitmen untuk mendukung investasi secara berkelanjutan. 

Baca Juga: Tips Investasi Reksadana bagi Investor Moderat

"Hal ini menunjukkan semakin tingginya perhatian investor terhadap dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan serta meningkatnya kesadaran akan pentingnya tata kelola perusahaan yang baik untuk berbisnis secara keberlanjutan,” tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Rabu (22/3).

Chief Economist BRI, Anton Hendranata, menjelaskan bahwa tahun 2022 telah menjadi tahun yang penuh tantangan bagi pasar keuangan dan investasi global maupun domestik.

Meskipun pandemi Covid-19 telah mereda, hal tersebut telah menyebabkan gangguan terhadap perekonomian dan bisnis, serta menimbulkan ketidakpastian yang signifikan di pasar keuangan dan investasi. 

Selain itu, kenaikan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara, termasuk Indonesia, dan tingginya inflasi menyebabkan ketidakpastian di pasar saham, meningkatkan imbal hasil obligasi, dan melemahkan berbagai nilai tukar terhadap dolar AS.

Selain itu, kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah mendisrupsi pasokan energi dan pangan ke berbagai negara. Akan tetapi, situasi di atas tidak secara signifikan melemahkan Indonesia. 

Baca Juga: IHSG Dalam Tren Bearish, Simak Strategi Investasi dan Saham Pilihan Analis

“Ketidakpastian ekonomi dunia masih tinggi, hal ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan Ekonomi IMF dan World Bank yang berlawanan arah," jelasnya.

Namun dari dalam negeri, Anton mengatakan rupiah masih resilient di tengah berbagai tantangan global yang didukung oleh pasar valas domestic yang masih cukup baik serta di dorong oleh transaksi spot dan swap yang tinggi.

Selain itu, dari sisi perubahan iklim dan lingkungan ia menyampaikan bahwa perubahan iklim yang semakin memburuk dalam beberapa dekade terakhir dan peningkatan emisi CO2 yang naik secara signifikan menjadi tantangan bagi perekonomian, termasuk di Indonesia.

“Aspek lingkungan menjadi concern utama investor dalam melakukan investasi ESG hingga tahun 2025, salah satunya yaitu akibat perubahan iklim semakin memburuk dalam beberapa dekade terakhir dan emisi CO2 yang semakin meningkat, menjadi tantangan bagi perekonomian, sehingga diperlukan transformasi hijau dalam proses produksi pada sektor manufaktur Indonesia,” lanjutnya.

Senada dengan Anton, Chief Investment Officer (CIO) DIM, Herman Tjahjadi mengatakan bahwa pada bulan Maret 2023 ini, pasar saham global sedang dilanda ketidakpastian yang tinggi setelah krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat dan Credit Suisse di Eropa. 

Baca Juga: Grup Adaro, Indika, Medco dan TOBA Memperkuat Proyek Energi Terbarukan

Namun perekonomian di Indonesia tetap baik dan terjaga seperti yang tercermin dari APBN Indonesia yang menorehkan surplus 0.6% dari PDB sebesar IDR 131.8 triliun di Februari 2023. Neraca perdagangan mencatat surplus US$ 5,5 miliar di Februari 2023.

Selanjutnya, cadangan devisa naik sebesar US$ 0.9 miliar menjadi US$ 140.3 miliar pada Februari 2023, dan data inflasi inti yang melambat ke 0.13% secara bulanan atau 3.09% secara tahunan di Februari 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×