kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.667.000   5.000   0,30%
  • USD/IDR 16.350   -70,00   -0,43%
  • IDX 6.648   -94,43   -1,40%
  • KOMPAS100 985   -10,71   -1,08%
  • LQ45 773   -11,62   -1,48%
  • ISSI 203   -1,54   -0,76%
  • IDX30 399   -7,38   -1,81%
  • IDXHIDIV20 478   -11,28   -2,30%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 117   -1,24   -1,05%
  • IDXQ30 132   -2,70   -2,00%

Dana Kelolaan Reksadana Turun di Januari 2025, Terdampak Kebijakan Tarif Trump


Senin, 10 Februari 2025 / 19:13 WIB
Dana Kelolaan Reksadana Turun di Januari 2025, Terdampak Kebijakan Tarif Trump
ILUSTRASI. Dana kelolaan industri reksadana turun terdampak kebijakan tarif Donald Trump. Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) itu telah menimbulkan kehati-hatian di pasar.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan industri reksadana turun terdampak kebijakan tarif Donald Trump. Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) itu telah menimbulkan kehati-hatian di pasar.

Mengutip Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan industri reksadana sebesar Rp 500,42 triliun dengan Unit Penyertaan (UP) 390,45 miliar per Januari 2025. 

Jumlah dana kelolaan atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tercatat turun dibandingkan posisi Desember 2024 sebesar Rp 502.92 triliun dengan unit penyertaan sekitar 392,63 miliar.

Dana kelolaan berkurang di reksadana pasar uang sebesar Rp 3,21 triliun dan Rp 1,21 triliun pada reksadana saham. Sedangkan, dana kelolaan kelas aset reksadana obligasi dan reksadana campuran mencatatkan pertambahan sebesar Rp 1,7 triliun dan Rp 260 miliar.

Baca Juga: Pasar Saham Terus Terkoreksi, Defensif atau Perlu Beralih ke Instrumen Non Saham?

Head of Business Development Division PT Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi mencermati, penurunan dana kelolaan industri reksadana di bulan Januari dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari internal maupun eksternal.

Utamanya dana kelolaan tergerus akibat ketidakpastian dari kebijakan keuangan dan tarif Trump. Kebijakan Trump telah menambah ketidakpastian di pasar keuangan, yang menyebabkan investor lebih berhati-hati dalam berinvestasi.

Donald Trump telah menunda kebijakan tarif untuk Meksiko dan Kanada selama sebulan sejak awal Februari 2025. Trump menunda penerapan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko usai berdiskusi dengan kedua negara tersebut.

Namun, Trump tetap memberlakukan tarif 10% terhadap impor produk China. Kondisi semakin memanas usai China membalas tarif Trump terutama untuk produk sektor energi dari AS.

Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesimis juga mengurangi kepercayaan investor terhadap pasar domestik. Hal ini menyebabkan para investor memindahkan dana mereka ke instrumen investasi yang lebih aman.

Reza melanjutkan, sentimen lainnya ialah proyeksi tren suku bunga turun yang telah membuat aset obligasi menjadi lebih menarik bagi investor dibandingkan saham. Ini menjelaskan terkait dana kelolaan di reksadana pendapatan tetap meningkat, sedangkan di saham berkurang.

Baca Juga: Menilik Alokasi Investasi Sejumlah Perusahaan Asuransi Jiwa

"Saat ini, banyak investor yang memegang sentimen harapan terhadap penurunan suku bunga. Namun melihat track record belakangan ini, pola pembuatan keputusan masih sulit diprediksi, baik dari bank sentral dunia maupun di dalam negeri," ujar Reza kepada Kontan.co.id, Senin (10/2).

Selain itu, batalnya emiten konglomerasi masuk ke indeks MSCI seperti BREN turut berpengaruh pada anjloknya pasar saham. Kapitalisasi pasar saham BREN yang besar telah berdampak negatif bagi kinerja IHSG.

Namun demikian, Reza menilai, pasar saham dilihat secara fundamental dan valuasi jangka panjang masih menarik. Oleh karena itu, para investor diharapkan menaruh kepercayaan pada pasar domestik dan tidak mengambil keputusan terburu-buru yang disebabkan kepanikan.

Menurut Reza, dana kelolaan industri reksadana di tahun ini akan sangat bergantung kondisi pasar dan data-data ekonomi. Khususnya memantau kebijakan dari AS, dengan berbagai kebijakan tarif seperti yang baru-baru ini diwacanakan terhadap China, Meksiko, Kanada, dapat mendorong outflow asing.

Kebijakan pemerintah saat ini juga cenderung terlihat kurang mendukung pasar. Pemotongan berbagai anggaran untuk menyalurkan dana ke proyek-proyek tertentu dapat berpengaruh buruk terhadap beberapa sektor saham.

Tentunya, nilai dana kelolaan reksadana juga sangat dipengaruhi regulasi industri. Perubahan regulasi di industri reksadana, seperti peraturan terkait manajemen risiko dan transparansi, dapat memengaruhi besar kecilnya dana kelolaan.

Namun, Reza melihat, kekhawatiran tarif Trump mungkin mereda bila negara-negara besar dapat mendiskusikan secara diplomatis agar pasar global stabil. Berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN) ke depannya diharapkan juga dapat kembali menstimulasi perekonomian.

"Jika melihat trayektori belakangan ini, kami berharap pertumbuhan AUM industri akan masih ada walaupun pelan, khususnya pada produk-produk reksadana dengan rendah risiko seperti obligasi ataupun pasar uang," imbuh Reza.

Reza berujar, Henan Asset pun berharap dapat menjaga dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) hingga Rp 13 triliun pada akhir tahun 2025. HPAM yakin dapat berinovasi dan mendukung nasabah dalam mengelola dana dengan manajemen risiko yang baik, dan pendekatan multi-strategis. 

Selanjutnya: Risiko Global Hingga Pelemahan Rupiah Pengaruhi Ekonomi Domestik Tahun Ini

Menarik Dibaca: 6 Trik Cerdas Membuat Ruangan Tanpa Jendela Lebih Cerah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×