kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana kelolaan industri reksadana anjlok Rp 55 triliun di semester I-2020


Rabu, 08 Juli 2020 / 20:38 WIB
Dana kelolaan industri reksadana anjlok Rp 55 triliun di semester I-2020
ILUSTRASI. Ilustrasi investasi reksadana. KONTAN/Muradi/2020/03/10


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana cukup banyak mendapat sentimen negatif selama enam bulan pertama tahun ini.  Mulai dari penurunan kinerja pasar keuangan saat pandemi Covid-19 menyerang hingga terkuaknya kasus yang turut menyeret beberapa manajer investasi.

Sentimen tersebut membuat dana kelolaan atawa Asset Under Management (AUM) industri ini menurun Rp 55 triliun di sepanjang semester I-2020 menjadi Rp 482,55 triliun di akhir Juni.

Baca Juga: IHSG positif di pekan lalu, kinerja reksadana saham jadi yang paling moncer

Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo mengamati terdapat beberapa faktor yang membuat AUM reksadana cenderung menurun. Pertama, penurunan kinerja pasar keuangan, terutama saham memakan 25% dari total penurunan AUM.

Akibatnya, di tengah tren penurunan dana kelolaan, komposisi AUM reksadana saham yang tadinya lebih besar daripada reksadana pendapatan tetap, kini jadi berbalik.

"Reksadana saham banyak yang mengalami masalah terkait kasus Jiwasraya dan kasus lainnya," kata Soni, Rabu (8/7).

Selain itu, dari sisi kinerja juga reksadana saham jadi yang terbawah di antara jenis reksadana lain. Tidak heran, subscription di reksadana saham minim. Sedangkan, reksadana pendapatan jauh lebih diminati karena berhasil menorehkan kinerja positif sejak awal tahun dengan jumlah penarikan dana (redemption) yang minim.

Kedua, redemption yang terjadi di seluruh jenis reksadana juga memakan 25% dari total penurunan AUM. Dana yang keluar dari reksadana tersebut mengalir kembali bank atau Surat Berharga Negara (SBN) ritel.

Ketiga, reksadana terproteksi yang jatuh tempo juga memakan 50% dari total penurunan AUM. Soni mengamati dana tersebut mengalir ke reksadana pasar uang dan sebagian ke tabungan deposito.

Di tengah bayang-bayang sentimen pandemi Covid-19, Soni memproyeksikan perbaikan laju pertumbuhan ekonomi akan berlangsung lambat.

"Sangat sulit sekali menebak AUM akan tumbuh berapa di tahun ini mengingat kita belum berhasil menaklukkan Covid-19," kata Soni.

Soni mengatakan reksadana pendapatan tetap jadi pilihan investasi yang tepat di tengah situasi ekonomi saat ini. Selanjutnya, investor bisa memilih reksadana pasar uang dan yang terakhir dipilih adalah reksadana saham.

Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Mulai Tumbuh, Manajer Investasi Mengandalkan Saham Perbankan

Sementara, di sepanjang semester I-2020, OJK mencatat reksadana terproteksi selalu mengambil posisi terbesar dari total AUM. Bahkan porsinya bertambah dari 28,21% di Januari menjadi 30,67% di Juni.

Perkembangan AUM industri reksadana juga sejalan dengan kondisi di Bahana TCW. Soni mengatakan permintaan akan reksadana terproteksi selalu ada setiap hari dari nasabahnya. 

Namun, Soni akan sangat selektif dalam memilih obligasi korporasi yang akan dijadikan aset dasar. Per akhir Juni AUM Bahana TCW sebesar Rp 47,5 triliun. Jumlah tersebut menurun dari Rp 50 triliun di awal tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×