kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Dana kelolaan ETF tumbuh subur


Jumat, 19 Juni 2015 / 10:07 WIB
Dana kelolaan ETF tumbuh subur


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pasar reksadana yang diperdagangkan di bursa efek alias exchange traded fund (ETF) menorehkan pertumbuhan signifikan tahun ini. Infovesta Utama mencatat, sejak Januari hingga Mei 2015, dana kelolaan ETF meningkat 11,44% menjadi Rp 3,5 triliun.

Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan, kenaikan dana kelolaan ditopang kinerja aset dasar atau underlying asset yang mayoritas masih positif. Selain itu, unit penyertaan  naik tajam, 31,98% menjadi 2,5 miliar pada periode  sama. "Kenaikan unit penyertaan didukung adanya  produk baru dan pembelian (subscription) unit oleh investor," ujarnya, Kamis (18/6).

Asal tahu saja, saat ini, ada 8 produk ETF di pasaran. Tujuh produk racikan PT Indo Premier Investment Management  dan satu ETF kelolaan PT Bahana TCW Investment Management.

Direktur Utama Indo Premier Investment Management John Item mengklaim, dana kelolaan produk ETF perusahaannya meningkat 54,54% menjadi Rp 1,7 triliun. Padahal, akhir tahun lalu masih senilai Rp 1,1 triliun.

Menurut John, pertumbuhan dana kelolaan merupakan hasil gencarnya sosialisasi produk ke investor. Selain itu, pola pikir investor yang optimistis, pasar modal masih akan naik jangka panjang. "Sehingga, investor masuk, meskipun pasar modal tertekan," paparnya.

Direktur Indo Premier Investment Management Ernawan Rahmat Salimsyah menambahkan, awal tahun ini dana investor asing membanjir ke pasar modal, sehingga mengerek IHSG. Sedangkan, investor domestik tertinggal. Akibatnya saat investor domestik ingin masuk, pasar sudah cukup mahal, indeks di level 5.500.

Investor domestik mulai masuk sejak April lalu. Saat itu, pasar mulai tertekan akibat larinya investor asing, setelah produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal I-2015 tidak sesuai harapan. "Namun karena volatilitas masih akan tinggi akibat normalisasi suku bunga Bank Sentral AS dan perlambatan ekonomi China, investor domestik memilih ETF ketimbang masuk langsung ke saham," papar Ernawan.

Masuknya dana investor tercermin dari melonjaknya jumlah dana kelolaan ETF LQ-45 menjadi tiga kali lipat. Per Maret lalu, dana kelolaan produk tersebut masih sekitar Rp 100 miliar, namun pada awal Mei bertambah menjadi Rp 350 miliar.

Ernawan memperkirakan, investor seperti dana pensiun dan asuransi mengalihkan dana dari deposito ke produk ETF. "Biasanya, investor tersebut masuk gradual. Namun, April lalu, investor membeli sangat banyak," klaimnya.

Masih tumbuh

Diah Sofiyanti, Direktur Indo Premier Investment Management mengakui, investor banyak masuk ke produk ETF LQ45 dan Premier ETF IDX 30. Keduanya diminati investor untuk meredam tekanan pasar saham.

Dengan masuk ke ETF, risiko jadi tersebar ke banyak sektor dan valuasi menjadi lebih murah. "Disamping itu, investor optimistis, ETF akan ikut naik  saat indeks harga saham gabungan (IHSG) berbalik arah bullish," tuturnya.

Selain dua produk tersebut,  investor juga meminati produk Premier ETF Indonesia Finansial. Sebab, harganya sudah turun tajam, padahal pasar yakini prospek ETF  masih menarik.

Ia menyebutkan, mayoritas yang masuk adalah institusi. Jenis investor tersebut membutuhkan diversifikasi secara cepat saat pasar tertekan. Kendati demikian investor ritel juga banyak masuk melalui pasar sekunder.

John optimistis, hingga akhir tahun ini, pasar ETF masih akan tumbuh. Ia menargetkan bisa menggenggam dana kelolaan ETF di atas Rp 2 triliun hingga akhir tahun ini. "Investor dengan nama besar sudah masuk, tinggal memperbesar size, sehingga potensi dana kelolaan bisa tumbuh besar," tuturnya.

Adapun, Viliawati memperkirakan, kinerja ETF berpotensi menguat. Namun, masih akan berfluktuasi seiring respon pasar terhadap perkembangan ekonomi domestik dan global, rilis kinerja keuangan emiten, serta perkembangan kinerja pemerintah.

Proyeksi Ernawan, ETF akan membagikan return sekitar 22% tahun ini. Pasar modal diperkirakan semakin bergairah di sisa tahun ini. Faktor penopangnya, pembangunan infrastruktur. Kendati demikian, IPIM belum berencana menerbitkan produk ETF anyar.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×