Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Transaksi produk investasi exchange traded fund (ETF) naik drastis sepanjang Maret silam. Kondisi pasar modal pada Maret yang kurang kondusif disinyalir sebagai faktor utama kenaikan transaksi ETF.
Sepanjang bulan kemarin, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat transaksi ETF di pasar sekunder senilai Rp 9,11 miliar, naik hingga hampir 30 kali lipat dari nilai transaksinya sepanjang Februari yang hanya sebesar Rp 385,65 juta.
Namun hal tersebut tidak sejalan dengan tingkat frekuensi yang justru turun. Per Maret frekuensi transaksi ETF sebesar 1.563 kali, turun hingga 46,7% dibanding total frekuensi sepanjang Februari.
BEI mencatat, nilai transaksi serta frekuensi sepanjang Maret tersebut berasal dari 7 produk ETF milik Indo Premier Investment Management (IPIM). Sedangkan pada bulan sebelumnya total ada 8 produk dengan tambahan 1 ETF milik Bahana TCW Investment Management bernama Asian Bond Fund.
Direktur Utama Infovesta Utama, Parto Kawito mengatakan, kenaikan nilai transaksi serta turunnya jumlah frekuensi tersebut mengindikasikan ada investor institusi yang menjual unit kreasi ETF miliknya. Sebagai pengingat saja, investor bisa membeli ETF lewat pasar primer maupun pasar sekunder.
Di pasar primer, investor membeli ETF lewat manajer investasi yang menerbitkan produk tersebut. Di pasar primer investor membeli dengan acuan 1 unit kreasi = 100.000 unit penyertaan. Unit penyertaan ini dapat diperjual belikan di pasar sekunder seperti layaknya saham dengan acuan 1 lot = 500 unit penyertaan.
“Sepanjang Maret kemarin saya rasa ada investor institusi (yang telah membeli ETF di pasar primer), lalu profit taking di pasar sekunder karena kondisi pasar modal sedang tidak kondusif akibat pelemahan rupiah,” ujar Parto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News