Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pasar exchange traded fund (ETF) mulai tumbuh. Data Infovesta Utama menunjukkan dana kelolaan ETF tumbuh 11,44% secara year to date (YTD) Mei 2015.
Akhir tahun lalu, dana kelolaan ETF tercatat Rp 3,147 triliun. Nilai tersebut merangkak naik di Mei menjadi Rp 3,50 triliun.
Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan kenaikan dana kelolaan dipicu oleh kinerja underlying asset ETF yang mayoritas masih mencetak kinerja positif. Selain itu, unit penyertaan ETF juga naik tajam 31,98% dari 1,9 miliar unit menjadi 2,5 miliar unit pada periode yang sama.
"Kenaikan unit penyertaan didukung oleh penambahan produk baru serta subscription unit oleh investor," ujar Vilia, Kamis (18/6).
John Item, Direktur Utama Indo Premier Investment Management (IPIM) mengatakan produk ETF kelolaannya naik 54,54% dari Rp 1,1 triliun di akhir tahun lalu. "Saat ini dana kelolaan ETF kami telah mencapai Rp 1,7 triliun," ujar John.
Menurut dia, kenaikan dana kelolaan ditopang oleh sosialisasi produk ETF terhadap investor. Selain itu juga dipicu oleh pola pikir investor yang menganggap pasar modal masih akan naik secara jangka panjang. "Sehingga, investor masuk meskipun pasar modal mengalami tekanan," tutur John.
John optimistis ETF masih akan tumbuh hingga akhir tahun ini. Dia menargetkan bisa menggenggam dana kelolaan ETF di atas Rp 2 triliun hingga akhir tahun.
"Investor dengan nama besar sudah masuk, tinggal di increase size-nya sehingga potensi dana kelolaan ETF akan tumbuh besar," ujar John.
Menurut dia, hingga kini mayoritas investor ETF atau sekitar 99% merupakan institusi.
Direktur IPIM Ernawan Rahmat Salimsyah menambahkan awal tahun ini dana investor asing membanjir ke pasar modal dan mengerek IHSG. Sementara di sisi lain, investor domestik tertinggal dibandingkan investor asing. Akibatnya saat investor domestik ingin masuk, pasar sudah cukup mahal dengan IHSG mencapai 5.500.
Investor domestik mulai masuk April 2015 lalu. Saat itu, pasar mulai tertekan akibat larinya investor asing pasca rilis data penurunan produk domestik bruto Indonesia. "Namun karena volatilitas masih akan tinggi akibat normalisasi suku bunga Bank Amerika Serikat (AS), the Fed, regional dan perlambatan Tiongkok, investor domestik memilih ETF dibandingkan masuk ke saham secara langsung," papar Ernawan.
Ernawan mengakui, masuknya dana investor ikut mendongkrak kenaikan dana kelolaan ETF LQ-45 miliknya menjadi tiga kali lipat. Maret lalu, dana kelolaan produk tersebut masih berkisar Rp 100 miliar dan pada awal Mei bertambah menjadi Rp 350 miliar.
Dia memperkirakan investor seperti dana pensiun dan asuransi melakukan peralihan dana dari deposito ke ETF. "Biasanya, investor tersebut masuk secara gradual. Namun, April lalu investor membeli sangat banyak,"kata dia.
Direktur Indo Premier Investment Management (IPIM) Diah Sofiyanti mengakui investor banyak masuk ke produk ETF LQ45 dan Premier ETF IDX 30. Kedua produk tersebut diminati investor untuk meredam tekanan pasar saham. Dengan masuk ke ETF, maka risiko menjadi tersebar ke banyak sektor dan valuasi menjadi lebih murah.
"Di samping itu, investor optimistis ETF akan mengikuti kenaikan saat IHSG (indeks harga saham gabungan) berbalik arah menjadi bullish," kata perempuan yang akrab disapa Ofie ini.
Investor juga masuk ke Premier ETF Indonesia Finansial, Menurut Ofie, investor masuk ke produk ini lantaran mengalami penurunan harga sangat dalam namun diyakini masih memiliki prospek menarik.
Ofie mengatakan mayoritas investor yang masuk merupakan institusi. Jenis investor tersebut membutuhkan diversifikasi secara cepat saat pasar tertekan. Kendati demikian investor ritel juga banyak masuk melalui pasar sekunder lewat broker yang menjajakan ETF.
Potensi menguat
Hingga akhir tahun, Vilia memperkirakan kinerja ETF berpotensi menguat. Namun, masih akan berfluktuasi seiring dengan respon pasar terhadap perkembangan perekonomian domestik dan global, rilis kinerja laporan keuangan emiten, serta perkembangan kinerja pemerintah yang tercermin pada kinerja indeks acuan ETF.
Ernawan optimistis ETF akan membagikan return sekitar 22% kepada investor tahun ini. Pasar modal diperkirakan akan semakin bergairah di sisa tahun ini. Penopangnya, pembangunan infrastruktur.
Kendati demikian, hingga kini IPIM belum berencana menerbitkan produk ETF anyar. "Kami sudah memiliki tujuh ETF equity sehingga pilihan yang ada sudah cukup," kata Ernawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News