kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Dana kelolaan Avrist Asset Management tumbuh 504%


Kamis, 19 Oktober 2017 / 17:52 WIB
Dana kelolaan Avrist Asset Management tumbuh 504%


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan dana kelolaan Avrist Asset Management lebih tinggi daripada pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana selama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjalan.

Direktur Avrist Asset Management Hanif Mantiq mengatakan, sejak 31 Oktober 2014 hingga 29 September 2017 dana kelolaan Avrist Asset Management bertumbuh 504% atau lima kali lipat jumlah awal sebesar Rp 348 miliar menjadi Rp 2,1 triliun.

"Pertumbuhan dana kelolaan tersebut sangat baik bila dibandingkan dengan pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana Indonesia yang hanya sebesar 89% dari semula Rp 212 triliun menjadi Rp 401 triliun sepanjang Oktober 2014 hingga September 2017," kata Hanif, Rabu (18/10).

Sementara dari sisi return, berdasarkan data Infovesta Utama dalam periode yang sama, Infovesta Equity Fund Index yang mencerminkan kinerja reksadana saham tumbuh 0,31%. Sementara, Infovesta Balanced Fund Index yang mencerminkan kinerja reksadana campuran tumbuh 10,35%.

Selanjutnya, kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta Fixed Income Fund Index tumbuh 22,53%. Terakhir, kinerja reksadana pasar uang yang tercermin dalam Invofesta Money Market Fund Indez tumbuh 16,44%.

Dalam periode tersebut, Hanif mengatakan produk Avrist Prime Bond Fund memberikan return paling optimal sebesar 28,47% seirama dengan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang juga paling unggul. "Sentimen yang mendukung adalah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sehingga membuat harga obligasi pemerintah terus meningkat," kata Hanif.

Namun, di periode yang sama, Hanif melihat kinerja reksadana saham syariah milik Avrist memberikan return negatif. Menurut Hanif, hal ini terjadi karena mengingat tidak adanya exposure saham perbankan yang rally cukup baik. "Di lain sisi, pertumbuhan ekonomi Indonesia flat di angka 5% selama tiga tahun terakhir," kata Hanif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×