CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.899   -39,00   -0,25%
  • IDX 7.134   -80,18   -1,11%
  • KOMPAS100 1.092   -10,86   -0,98%
  • LQ45 871   -5,11   -0,58%
  • ISSI 215   -3,44   -1,58%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,51   -0,09%
  • IDX80 125   -1,24   -0,98%
  • IDXV30 135   -0,44   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,39   -0,26%

Avrist menerapkan strategi portofolio seimbang


Selasa, 03 Oktober 2017 / 10:00 WIB
Avrist menerapkan strategi portofolio seimbang


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Avrist Asset Management menerapkan strategi portofolio yang hampir seimbang antara saham dan obligasi pada reksadana campuran bertajuk Avrist Balanced Cross Sectoral (ABCS). Dengan strategi tersebut, kinerja reksadana ini terbilang bagus.

Secara year to date per 29 September 2017, produk reksadana ini berhasil membukukan kinerja 5,96%. Pencapaian ini masih sedikit lebih unggul bila dibandingkan kinerja rata-rata reksadana campuran, yang tercermin dalam Infovesta Balanced Fund Index di periode yang sama, yakni sebesar 5,89%.

Ika Pratiwi Rahayu, Fund Manager Avrist Asset Management, mengatakan, ABCS menempatkan portofolio yang hampir seimbang anatara saham dan obligasi agar memberikan keseimbangan antara pertumbuhan nilai investasi dengan volatilitasnya. "Strategi pengelolaan berdasarkan fundamental screening dan stock picks," kata Ika belum lama ini.

Reksadana ini menerapkan sekitar 50%-60% dari dana kelolaan di saham dan 40% hingga 50% di obligasi. Berdasarkan fund fact sheet per 31 Agustus, ABCS memiliki komposisi portofolio sebesar 60,99% pada saham, 24,76% pada obligasi dan 14,25% pada pasar uang.

Untuk pemilihan saham, Ika mengatakan pemilihannya berdasarkan fundamental emiten yang baik, dengan strategi buy and hold atau defensif. Strategi ini dipilih untuk menjaga tingkat risiko portofolio. Saham tersebut merupakan big caps dengan fundamental kuat dan memiliki pangsa pasar terbesar di industrinya.

Saham-saham tersebut disaring dengan dua metode, yaitu top down dari kondisi makroekonomi hingga sektor. Namun, metode bottom up juga dilakukan untuk stock picking di dalam sektor. Lima besar saham yang dikoleksi adalah ASII, BBCA, BBRI, TLKM dan BMRI.

Untuk aset obligasi, Ika mengatakan lebih banyak mengalokasikan aset ke obligasi korporasi. Alasannya, untuk menjaga durasi dan tingkat risiko portofolio. Adapun obligasi korporasi yang dipilih antara lain obligasi dari Tiphone, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Sarana Multigriya Finansial.

Reksadana yang rilis 15 Mei 2013 ini bisa dimiliki dengan minimal investasi Rp 500.000 dan minimal investasi selanjutnya Rp 100.000. Biaya pembelian dan penjualan maksimal 1%.

Edbert Suryajaya, Head of Research & Consulting Services Infovesta Utama, mengatakan, komposisi portofolio reksadana ABCS mencerminkan bahwa manajer investasi masih cukup percaya dengan pasar saham, sehingga alokasi ke instrumen tersebut lebih besar.

Kinerja reksadana yang mampu melampaui rata-rata reksadana campuran menunjukkan bahwa manajer investasi cukup berhasil menjalankan strateginya. "Sebagian alokasi ke pendapatan tetap dan pasar uang juga berhasil membantu meredam fluktuasi, sehingga kinerja menjadi lebih baik dibandingkan kinerja rata-rata reksadana campuran di industri," kata Edbert.

Sektor konsumsi dan telekomunikasi menjadi andalan reksadana ini. Menurut Edbert sektor tersebut dapat memiliki prospek kinerja yang cukup baik hingga akhir tahun. Sementara sektor perbankan yang juga diandalkan bakal diuntungkan oleh penurunan suku bunga, sehingga bisa mendorong kinerja reksadana ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×