kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana kelolaan anjlok, reksadana terproteksi masih menarik bagi investor ritel


Rabu, 13 Oktober 2021 / 14:57 WIB
Dana kelolaan anjlok, reksadana terproteksi masih menarik bagi investor ritel
ILUSTRASI. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2021, dana kelolaan atau assets under management (AUM) reksadana terproteksi turun drastis.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2021, dana kelolaan atau assets under management (AUM) reksadana terproteksi turun drastis. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada September 2021, tercatat dana kelolaan reksadana terproteksi hanya Rp 97,47 triliun, turun 32,9% dari Rp 145,27 triliun di periode sama tahun lalu.

Anjloknya dana kelolaan reksadana terproteksi ini memunculkan pertanyaan, apakah reksadana terproteksi tidak menarik di tengah kondisi saat ini?

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) melihat, menarik atau tidaknya reksadana terproteksi masih sangat tergantung dengan yield yang ditawarkan. Jika yield yang ditawarkan masih tinggi, maka masih ada peluang.

Senada, Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu juga menilai, reksadana terproteksi masih menarik di iklim suku bunga rendah seperti saat ini. Namun, akan tergantung dari yield yang ditawarkan oleh reksadana terproteksi, apakah masih lebih baik dari bunga deposito perbankan atau tidak.

Baca Juga: Dana kelolaan reksadana terproteksi turun Rp 47,8 triliun dalam 9 bulan pertama 2021

Selain itu, Reza menilai, perlu dipertimbangkannya untuk menurunkan biaya manajer investasi semaksimal mungkin bagi reksadana terproteksi karena reksadana ini pengelolaannya pasif. Secara umum, ia mengamati, sifat dari reksadana terproteksi adalah hold to maturity.

Ika melihat, ke depan reksadana terproteksi akan tetap menarik bagi investor ritel yang tidak dapat membeli obligasi atau sukuk korporasi secara langsung, dikarenakan terhalang dari angka minimal pembelian.

“Sepanjang indikasi imbal hasil yang ditawarkan reksadana terproteksi lebih baik dari bunga deposito perbankan, reksadana terproteksi akan tetap menarik,” tambah Ika kepada Kontan, Rabu (13/10).

Ika mengatakan, masih ada permintaan yang baik dari investor institusi dan ritel untuk reksadana terproteksi. Maka itu, di bulan September lalu, Avrist Asset Management meluncurkan produk reksadana terproteksi baru, yakni Reksadana Terproteksi Avrist Spirit 14.

Reza juga mengamati, saat ini reksadana terproteksi masih ada peluang dari sektor ritel atau perorangan. “Saya masih melihat ada opportunity karena harusnya ritel masih bisa ambil jenis reksadana ini asal ada barang yg bagus,” kata Reza kepada Kontan, Selasa (12/10).

Walaupun begitu, ia berpandangan, reksadana terproteksi akan kurang menarik bagi institusi, karena institusi akan mengelola asetnya sendiri dibandingkan dengan memasukannya ke dalam portofolio reksadana terproteksi.

Sementara, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto memandang, prospek dari reksadana terproteksi dari segmen nasabah institusi seperti asuransi, perusahaan, dan yayasan akan berkurang. Namun, dari segmen perorangan masih ada potensi, walaupun nominalnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kategori institusi.

“Untuk perorangan masih terbuka luas karena akses masyarakat terhadap obligasi korporasi masih minim, selain itu, ada Manajer Investasi yang membantu melakukan kurasi,” kata Rudiyanto.

Selanjutnya: Panin AM membidik investor perorangan untuk reksadana terproteksinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×