Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana pada November 2023 naik tipis menjadi Rp 779 triliun dari Rp 778 triliun pada Oktober 2023.
Kenaikan tersebut merupakan kontribusi dari reksadana terproteksi yang juga naik tipis di November ini menjadi Rp 109 triliun, dari bulan sebelumnya yang hanya mencapai Rp 108 triliun.
Di sisi lain, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai AUM perusahaan manajer investasi (MI) di Tanah Air mengalami penurunan sebesar 0,40% sepanjang tahun berjalan.
Baca Juga: Nasabah Tajir Tahan Dana di Instrumen Investasi, Ini Penyebabnya
OJK mencatat Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana per 25 Oktober 2023 menurun 1,33% secara bulanan (month to date/MtD) menjadi Rp 499,54 triliun. Namun secara year to date (YtD), NAB meningkat 1,05% dan tercatat net subscription sebesar Rp 13,12 triliun.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi mengatakan, meski adanya penurunan tersebut, beberapa manajer investasi (MI) tetap optimistis bahwa AUM reksadana akan tumbuh di tahun 2024 dengan target pertumbuhan antara 5% hingga 15%.
Fahmi pun menyebutkan faktor-faktor yang akan mendukung pertumbuhan AUM reksadana di tahun 2024 di antaranya adalah kebijakan pemerintah yang mendukung industri rokok, seperti penurunan diskon tarif antara kategori tier 1 dan sub-tier 1, peningkatan pengawasan terhadap rokok ilegal, dan program bantuan sosial yang dapat meningkatkan daya beli konsumen.
"Selain itu, juga terdapat perkembangan pemulihan ekonomi, dan stabilitas politik yang bisa membuat AUM reksadana meningkat pada tahun 2024," kata Fahmi kepada Kontan.co.id, Kamis, (21/12).
Baca Juga: Hingga November 2023, Dana Kelolaan AUM Bank Mandiri (BMRI) Tembus Rp130 Triliun
Selain itu, dia menyebutkan faktor pendukung lainnya adalah meningkatnya permintaan terhadap produk reksadana terproteksi dan pasar uang, yang menawarkan perlindungan modal dan likuiditas tinggi.
Faktor pendukung selanjutnya yakni, peningkatan distribusi penjualan melalui APERD, institusi, PT/CV, serta peningkatan kualitas produk dan layanan, hingga inovasi dan solusi investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi investor.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment, Guntur Putra menila, tren AUM reksadana yang mengalami kenaikan tipis pada bulan November 2023 ini, dapat memberikan indikasi positif terhadap pemulihan industri reksadana.
Sedangkan menurut dia, adanya peningkatan AUM pada reksadana terproteksi dan pasar uang, mencerminkan minat investor terhadap instrumen-instrumen investasi yang menawarkan perlindungan risiko dan likuiditas yang tinggi.
Baca Juga: Pendapatan Tetap Mendominasi Reksadana dengan AUM Terbesar per November
Meski begitu, Guntur mengatakan bahwa peningkatan AUM reksadana saat ini tidak begitu signifikan terhadap industri reksadana. Namun, dia berharap industri ini bisa tembus kembali diatas Rp 550 triliun pada tahun 2024 mendatang, dengan kenaikan AUM reksadana yang diprediksi bisa mencapai 10-15%.
"Tapi terkait tren AUM ke depannya, sentimen pertumbuhan AUM ke depannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, kondisi ekonomi dan pasar keuangan yang lebih stabil dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk kembali mengalokasikan dana ke instrumen reksadana," ujar Guntur kepada Kontan.co.id, Kamis (21/12).
Selain itu, dia menyebutkan sentimen pertumbuhan AUM ke depannya juga akan dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga yang berkelanjutan dan potensi pelonggaran moneter dapat mendukung minat investor terhadap instrumen reksadana pendapatan tetap, termasuk reksadana pasar uang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News