Reporter: Mesti Sinaga | Editor: Mesti Sinaga
Otoritas China hari ini membanjiri sistem perbankan dengan suntikan dana dalam jumlah terbesar sejak September tahun lalu. Langkah ini diambil untuk menenangkan bursa saham yang kemarin menimbulkan gejolak besar di pasar keuangan global.
Bank sentral China alias The People's Bank of China (PBOC) telah menyuntikkan 130 miliar yuan (sekitar US$ 20 miliar) dalam operasi pasar.
Langkah itu diambil setelah Senin kemarin (4/1) PBOC memutuskan tidak memperbarui credit line China Development Bank. Kebijakan ini bisa memicu keresahan investor bahwa bank sentral akan mengambil kebijakan pengetatan moneter .
Alhasil, dalam perdagangan kemarin , harga saham-saham di China terperosok. Pelamahan ini juga dipicu menguatnya kekuatiran akan pelemahan ekonomi China setelah survei menunjukkan melamahnya sektor manufaktur.
Dus, Indeks CSI300 pun terperosok 7% dalam sesi perdagangan kemarin siang (4/1). Penurunan yang drastis menyebabkan otoritas memberhentikan perdagangan hari kemaren.
Sementara Indeks Komposit Shanghai melorot 6,8% dan Shenzhen Composite kara, 8,1% pada perdagangan Senin (4/1).
Hari ini, bursa di daratan China bergerak di teritori positif dan negatif. Pelaku pasar tampaknya mengkhawatirkan masalah likuiditas.
Agaknya langkah PBOC menggelontorkan yuan dalam jumlah besar ke bursa juga terkait dengan berlanjutnya aliran dana keluar dari China.
Berdasarkan data Societe Generale, Pada kuartal ketiga 2015 lalu, total capital out flow China dalam enam kuartal berturut-turut sudah mencetak rekor di angka US$ 222 miliar.
Tekanan arus dana keluar ini, menurut Societe Generale, akan terus menjadi faktor penekan bagi renmimbi (yuan). Karena PBOC tampaknya ingin depresiasi mata uang yang perlahan, maka ia membeli renmimbi di pasar, dan mengakibatkan ketatnya likuiditas.
Hari ini, Reuters melaporkan bahwa PBOC diduga melalukan intervensi untuk menyokong renmimpi setelah bank sentral mematok kurs 1 dollar = 6,5169 yuan. Ini kurs yuan terlemah sejak 2011.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News