Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Meski tekanan dari Amerika Serikat mereda, namun beban eksternal datang dari sisi lain. Kali ini ekonomi China yang lesu jadi penyebab koreksi yang dialami rupiah.
Di pasar spot, Senin (4/1) valuasi rupiah melemah 0,82% ke level Rp 13.943 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia rupiah juga terseret 0,74% di level Rp 13.898 per dollar AS.
Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures pelemahan rupiah juga terjadi imbas dari buruknya perekonomian China. Ini tersaji lewat data manufaktur China yang merosot signifikan. Sebagai mata uang Asia, rupiah pun melemah seperti yang lainnya.
Teranyar data Caixin Manufactur China Desember 2015 turun dari 48,6 menjadi 48,2. Sebelumnya data manufaktur PMI China Desember 2015 hanya terangkat tipis ke level 49,7 dari sebelumnya 49,6.
“Padahal USD sendiri sebenarnya melemah karena antisipasi data-data ekonomi yang akan rilis,” kata Agus. Seharusnya ini bisa dimanfaatkan rupiah untuk unggul namun nampaknya beban negatif masih lebih mendominasi pergerakan. Sampai pukul 16.45 WIB index USD sudah merosot 0,47% ke level 98,21 dibanding hari sebelumnya.
"Itu harusnya bisa dimanfaatkan rupiah untuk unggul," kata Agus. Namun nampaknya pengaruh data negatif lebih mendominasi pergerakan.
Selain itu, "Pasar juga mengantisipasi rilis data ekonomi Amerika Serikat setelah libur akhir pekan lalu," kata Agus. Adapun data AS yang ditunggu adalah data manufaktur PMI AS Desember 2015 yang diduga naik dari 48,6 ke level 49,1.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News