Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume penjualan diprediksi meningkat, emiten yang bergerak di bidang pertambangan logam dinilai memiliki prospek yang cerah. Stefanus Darmagiri, Analis BRIDanareksa Sekuritas mempertahankan rating overweight pada sektor pertambangan logam.
Penyematan rating ini dengan menimbang berlanjutnya pemulihan ekonomi global yang akan berdampak pada harga logam dasar (nikel dan timah) hingga paruh pertama 2022, dilanjutkan dengan harga yang moderat pada paruh kedua 2022.
Stefanus meyakini, emiten logam seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Timah Tbk (TINS) akan membukukan laba bersih yang solid pada tahun depan, terutama didukung kenaikan volume penjualan
BRIDanareksa Sekuritas menjadikan saham ANTM dan INCO sebagai pilihan utama atau top picks.
Baca Juga: Ekspor timah dan tembaga bakal dilarang, ini dampaknya ke emiten komoditas mineral
Untuk ANTM, Stefanus berekspektasi emiten pelat merah ini dapat memetik manfaat dari program kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dalam jangka panjang . Selain itu, pengoperasian smelter baru akan semakin meningkatkan volume penjualan bijih nikel di pasar domestik. Stefanus mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp 3.300.
Meskipun pembangunan kembali (rebuilding) tanur listrik berdampak pada produksi nikel dalam-matte INCO selama lima bulan pertama tahun 2022, Stefanus berekspektasi adanya peningkatan produksi INCO pada semester kedua 2022. Peningkatan ini akan terjadi setelah rampungnya pembangunan kembali tanur.
“Ditambah dengan harga nikel yang solid, kami meyakini akan membantu INCO untuk mempertahankan laba bersih di tahun 2022,” tulis Stefanus dalam riset, Kamis (25/11). Stefanus juga mempertahankan rekomendasi beli saham INCO dengan target harga Rp 6.500.
Sementara untuk TINS, Stefanus berekspektasi adanya peningkatan produksi timah olahan pada tahun depan. Net gearing TINS juga diperkirakan akan terus turun menjadi 43,9% pada tahun depan dari sebelumnya sebesar 53,5% per September 2021 seiring dengan TINS yang terus memperkuat neracanya
Kondisi ini akan membantu TINS untuk mengurangi beban bunga sembari mempertahankan laba bersihnya yang solid. Namun, mengingat upside terbatas pada target harga yang dipasang, yakni di level Rp 1.800, Stefanus mempertahankan rekomendasi hold untuk saham perusahaan pelat merah ini.
Baca Juga: Punya fundamental solid, begini prospek komoditas tambang logam ke depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News