kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.745.000   4.000   0,23%
  • USD/IDR 16.430   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.223   -248,56   -3,84%
  • KOMPAS100 896   -33,02   -3,55%
  • LQ45 709   -20,34   -2,79%
  • ISSI 194   -8,31   -4,11%
  • IDX30 370   -9,39   -2,47%
  • IDXHIDIV20 444   -10,12   -2,23%
  • IDX80 103   -3,04   -2,87%
  • IDXV30 107   -2,26   -2,07%
  • IDXQ30 121   -3,14   -2,53%

Cermati Penyebab IHSG Belum Mampu Kembali ke Level Sebelum Pandemi


Selasa, 18 Maret 2025 / 08:08 WIB
Cermati Penyebab IHSG Belum Mampu Kembali ke Level Sebelum Pandemi
ILUSTRASI. Pialang memegang kepala saat harga saham anjlok (11/7/2025). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum lepas dari tekanan. Hingga akhir perdagangan Senin (17/3), IHSG ditutup melemah 0,67% ke level 6.471,94. 

Sepanjang 2025 berjalan ini, IHSG sudah anjlok 8,59%. Ini menjadikan IHSG sebagai indeks terburuk nomor dua di Asia Pacific bahkan satu dua. IHSG hanya lebih baik dari bursa Thailand. 

Dalam setahun terakhir, IHSG sudah terkoreksi 10,55%. Namun kalau ditarik lebih jauh, tiga tahun terakhir indeks komposit dalam negeri ini melemah 1,15%. 

Baca Juga: IHSG Masih Rawan Terkoreksi Hari Ini

Ini mencerminkan imbal hasil di pasar saham pasca berakhirnya pandemi Covid-19 negatif. Sejumlah saham big caps, bahkan konstituen indeks LQ45 memberikan imbal hasil negatif. 

Misalnya, investor yang berinvestasi pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tiga tahun lalu sudah harus menanggung rugi. Dalam tiga tahun terakhir, BBRI sudah anjlok 17,63%.

Contoh lainnya, PT Astra International Tbk (ASII) juga terkoreksi 28,09% dalam tiga tahun terakhir. Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga terjun hingga minus 45,98% di tiga tahun terakhir. 

 

Direktur Purwanto Asset Management Edwin Sebayang menilai IHSG perlu beberapa fase pemulihan yang lebih lama untuk bisa mencapai posisi yang setara dengan kondisi pasar sebelum Covid-19. 

Baca Juga: Menakar Potensi IHSG Sentuh Level 7.000 di Akhir 2025 Usai Turun Signifikan

Dia menjelaskan, IHSG sempat mencapai level sekitar 6.600 pada awal 2020 sebelum pandemi melanda dan sekarang sudah berada di level yang lebih rendah sekitar 6.400.

"Ini memang menunjukkan bahwa IHSG memang belum kembali ke posisi semula. IHSG tidak tidak akan turun lebih dari level 6.000 dalam waktu dekat kecuali ada kejadian luar biasa," katanya, kepada Kontan, Senin (17/3). 

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas menambahkan saat ini sentimen global sedang tidak baik sehingga Indonesia perlu bantalan. 

Namun masalahnya, situasi dan kondisi dalam negeri pun juga kurang baik. Mulai dari penerimaan yang turun drastis hingga utang yang harus dibayar sebesar Rp 1.300 triliun di tahun ini.

"Sehingga apabila tidak secepatnya berbenah diri atau memastikan program program andalan berjalan, kami khawatir situasi dan kondisi kian semakin berat," ucap Nico. 

Baca Juga: IHSG Akan Mencoba Menembus Batas Atas 6.700, Cek Ide Trading BNI Sekuritas Hari Ini

Nico mengatakan jika IHSG jatuh hingga ke bawah level 6.246  maka selanjutnya tidak menutup kemungkinan IHSG akan bergerak ke posisi 6.170 sebelum ke 6.000.

Tekanan pada pasar saham ini membuat investor beralih ke instrumen lain. Nilai efek kepemilikan investor baik domestik dan asing ternyata mengalami penyusutan. 

Berdasarkan data KSEI, nilai efek di pasar saham mencapai Rp 7.238,21 triliun pada Januari 2025. Nilai tersebut turun dari posisi Desember 2024 sebesar Rp 7.238,21 triliun. 

Total Asset Under Management (AUM) reksadana juga mengalami penurunan. Pada Januari 2025 total AUM mencapai Rp 796,87 triliun, sementara pada Desember 2024 total AUM sebesar Rp 80,487 triliun.

Nilai efek obligasi korporasi meningkat dari Rp 213,75 triliun di Desember 2024 menjadi Rp 425,54 triliun pada Januari 2025. Nilai efek di obligasi negara juga naik dari Rp 217,14 triliun menjadi Rp 213,75 triliun. 

Baca Juga: Apa Arti Defisit Menurut KBBI? Ini Ciri-Ciri dan Dampak Terkait Kondisi Keuangan

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi mengatakan realokasi aset di saat risiko atau ketidakpastian meningkat itu hal yang umum terjadi. 

"Karena pada dasarnya investor akan mencari alternatif aset yang memberikan return lebih besar atau lebih stabil," ucapnya.

Audi mencermati ada pergerakan ke alternatif aset yang memberikan imbal hasil lebih besar dan lebih aman seperti emas, yang sudah menguat 14% secara year to date dan dolar Singapura yang naik 2,6%. 

"Tetapi jika suku bunga The Fed sudah mulai terjadi relaksasi maka momentum inflow kembali dapat terjadi di IHSG seiring dengan imbal hasil yang menurun," kata dia. 

Baca Juga: Daftar 5 Bansos yang Cair pada Bulan Maret 2025, Cek Apa Saja

Nico menambahkan, investor saat ini cenderung wait and see karena pasar tidak kondusif. Ini membuat transaksi juga mengalami penurunan sehingga membuat investor mencari alternatif investasi lain. 

Untuk itu, Edwin mengatakan ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh pemerintah untuk memulihkan kepercayaan domestik terhadap pasar saham Indonesia. 

Pertama, menjaga stabilitas ekonomi dan kebijakan fiskal yang konsisten. Kedua, melakukan reformasi regulasi dan transparansi. Ketiga, memperkuat infrastruktur pasar modal. 

"Pemerintah juga bisa mendorong diversifikasi sumber pendanaan dan ketergantungan pada sektor tentu. Misalnya, mengembangkan startup dan meningkatkan sektor infrastruktur dan energi terbarukan," ucap Edwin. 

Baca Juga: 7 Penyebab Asam Lambung Naik Sering Kambuh, Apa Saja ya?

Kemudian pemerintah juga bisa meningkatkan pendidikan dan penyuluhan kepada investor. Terakhir, untuk meningkatkan kepercayaan investor asing pemerintah perlu menjaga stabilitas politik dan hukum. 

Selanjutnya: Asing Banyak Memburu Saham-Saham Ini Saat IHSG Kembali Terkoreksi Kemarin

Menarik Dibaca: 25 Caption Bukber Penuh Kehangatan Untuk Lengkapi Foto Buka Bersama Sahabat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×