Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dalam tiga bulan terakhir, penawaran masuk lelang terus berkurang. Hal itu terlihat dari antusiasme investor menurun terhadap penawaran lelang Surat Berharga Negara (SBN) ataupun Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) , total penawaran masuk selama bulan September pada lelang SBN dan SBSN hanya sekitar Rp 108,03 triliun.
Nilai penawaran masuk tersebut lebih rendah dibandingkan penawaran bulan Agustus sebesar Rp 130,65 triliun dan penawaran di bulan Juli sebesar Rp 136,864 triliun.
Baca Juga: Pembiayaan Utang Turun 40,4% Menjadi Rp 198 Triliun Per Agustus 2023
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Divion Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi Riawan, mengatakan banyak faktor yang memengaruhi penurunan minat investor dalam lelang surat utang pemerintah.
Misalnya seperti kondisi yield obligasi Amerika Serikat (AS) yang mencapai level tertinggi sejak 16 tahun merupakan pemicu utama.
“Kenaikan yield obligasi AS dapat membuat investasi di sana jauh lebih menarik, sehingga mengalihkan minat investor dari pasar SBN,” ucap Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (11/10).
Reza menambahkan, sentimen baru-baru ini dipengaruhi meningkatnya eskalasi konflik antara Israel-Palestina. Konflik geopolitik tersebut dinilai akan berdampak pada pasar global termasuk SBN karena investor cenderung menahan diri atau bersikap wait and see dalam situasi ketidakpastian politik dan konflik.
Baca Juga: Ada Outflow dari Pasar SBN Rp 17,7 Triliun dalam Dua Bulan Terakhir
Perang yang kembali panas di pekan lalu itu telah menunjukkan imbasnya. Pada Selasa (10/10), total penawaran masuk pada lelang Sukuk hanya Rp 10,75 triliun yang merupakan incoming bid dalam lelang SBN ataupun SBSN terendah sejak awal tahun 2023.
Selain itu, lesunya penawaran masuk investor diperparah banyaknya investor asing yang meninggalkan pasar SBN. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan telah terjadi outflow sebesar Rp 23,30 triliun (month to date/mtd) per 29 September 2023.
Menurut Reza, dampak tingginya yield obligasi AS telah menarik minat investor asing ke negara tersebut karena menawarkan imbal hasil investasi lebih tinggi. Di sisi lain, keluarnya modal asing dari pasar SBN dipengaruhi persepsi risiko di pasar domestik yang kemungkinan mengalihkan investasi ke tempat lebih aman.
Baca Juga: Peminat Lelang SBN Turun Sejak Tiga Bulan Terakhir, Ini Penyebabnya
“Mereka (investor asing) mungkin memilih investasi yang dianggap lebih menguntungkan atau aman, seperti obligasi dari negara-negara dengan risiko yang lebih rendah atau instrumen keuangan lain yang dianggap menarik,” imbuh Reza.
Reza sendiri masih sulit mencermati apakah tren menurunnya minat investor terhadap SBN ke depannya akan terus berlanjut. Sejauh ini, investor masih menunggu perkembangan pasar lebih lanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News