kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,72   -3,94   -0.44%
  • EMAS1.368.000 0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yield US Treasury dan SBN Turun Akibat Fenomena Flight to Safety


Rabu, 11 Oktober 2023 / 10:59 WIB
Yield US Treasury dan SBN Turun Akibat Fenomena Flight to Safety
ILUSTRASI. Yield 10Y INDOGB diperkirakan akan naik menuju rentang 6,85%-6,95% pada hari ini.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena flight to safety juga terjadi di pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat atau US Treasury (UST) yang baru dibuka tadi malam, Selasa (10/10). Akibatnya, yield UST tenor 10 tahun turun 15 bps menjadi 4,65%.

Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi melihat, penurunan ini diikuti kenaikan indeks obligasi S&P untuk developed market sebesar 0,4%. Aksi beli juga terjadi di emerging markets yang tercermin dari kenaikan indeks EMBI sebesar 0,9%.

Pembelian juga terjadi di pasar surat berharga negara (SBN). Hal ini terlihat dari turunnya yield INDOGB 10Y sebesar 7 bps menjadi 6,95%, yield INDOGB 5Y sebesar 5 bps menjadi 6,76%, dan yield INDOGB 2Y sebesar 2 bps menjadi 6,46%.

"Akan tetapi, kami menduga aksi beli ini dilakukan oleh Bank Indonesia, bukan oleh investor asing karena depresiasi rupiah 0,3% menjadi Rp 15.735 per dolar AS dan rendahnya permintaan di pasar lelang SBSN," kata Lionel dalam risetnya, Rabu (11/10).

Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat Tipis ke Rp 15.730 Per Dolar AS, Rabu (11/10) Pagi

Pada lelang SBSN, Selasa (10/10), tingkat permintaan turun menjadi hanya Rp 10,75 triliun, dari Rp 27,8 triliun pada lelang 26 September 2023. Alhasil, Kementerian Keuangan menurunkan jumlah penerbitan SBSN baru menjadi Rp 5 triliun, dari Rp 8 triliun pada lelang sebelumnya. 

Lionel juga tidak menduga alokasi penerbitan baru SBSN terbesar diberikan kepada tenor pendek (2Y) seri PBS036 dengan nilai penerbitan Rp 4,35 triliun atau 87% dari total penerbitan serta yield 5,375%. "Kami menduga turunnya tingkat permintaan di lelang kemarin disebabkan oleh flight to safety ke obligasi developed market," ucap Lionel.

Untuk perdagangan Rabu (11/10), Lionel memperkirakan yield 10Y INDOGB akan naik menuju rentang 6,85%-6,95%. Sementara itu, rupiah akan tertekan di rentang resistance teknikal Rp 15.650-Rp 15.750 per dolar AS. Bila resistance tersebut dapat ditembus, maka rupiah akan terdepresiasi hingga Rp 16.000 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×