kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Dana Asing Mengalir ke Pasar SBN, Ada 3 Faktor Utama yang Jadi Daya Tarik Indonesia


Rabu, 05 Juli 2023 / 20:16 WIB
Dana Asing Mengalir ke Pasar SBN, Ada 3 Faktor Utama yang Jadi Daya Tarik Indonesia
ILUSTRASI. Dana asing terus mengalir ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir semester I-2023. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing terus mengalir ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir semester I-2023. Kementerian Keuangan mencatat, total dana asing di pasar SBN pada Juni 2023 mencapai Rp 846,89 triliun, naik dari posisi Mei 2023 yang sebesar Rp 829,26 triliun.

Chief Economist Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto mengatakan, ada tiga faktor utama yang menarik investor asing masuk ke pasar SBN Indonesia. 

Pertama, Indonesia menawarkan imbal hasil (yield) tinggi, relatif terhadap beberapa negara di Asia.

Selain itu, meski terdepresiasi akhir-akhir ini, risiko translasi relatif terjaga di mana rupiah bergerak relatif stabil di kisaran Rp 14.800-Rp 15.100 per dolar AS. 
Rupiah jarang keluar dari rentang tersebut karena Bank Indonesia cukup aktif dalam mengawal rupiah, baik melalui intervensi pasar langsung maupun melalui kebijakan seperti Aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE), yang mana diharapkan mendukung ketersediaan dolar AS di pasar domestik.

Baca Juga: Dana Asing Terus Mengalir ke pasar SBN, Ini Faktor Pendorongnya

Jadi, dengan yield tinggi dan risiko translasi yang relatif rendah, asing dapat menikmati keuntungan besar. Berbeda halnya ketika risiko translasi tinggi. 

"Meski imbal hasil tinggi, namun, jika asing mentranslasikan keuntungannya ke dalam dolar AS, nominalnya akan menjadi lebih sedikit karena tergerus oleh risiko nilai tukar," tutur Suhindarto saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (5/7).

Faktor kedua adalah terbukanya ruang penurunan suku bunga. Ketika suku bunga turun, harga obligasi akan bergerak naik (yield turun) karena keduanya berbanding terbalik. Alhasil, pada saat ini, pasar berekspektasi harga obligasi berada pada titik terendahnya dan diharapkan akan naik ketika bank sentral mulai melonggarkan kebijakan moneter.

Ruang untuk pelonggaran moneter semakin terbuka lebar setelah tingkat inflasi telah berada pada rentang target Bank Indonesia. Terbaru, persentasenya sudah berada di 3,52% pada bulan Juni 2023.

Faktor ketiga adalah peringkat sovereign Indonesia yang kemungkinan besar akan tetap bertahan di investment grade berkat fundamental makro yang terjaga,  Anggaran pemerintah telah bergerak ke arah yang lebih berkesinambungan.

Setelah mencetak rekor defisit selama menangani pandemi, pemerintah terus membukukan surplus dalam beberapa bulan terakhir di 2023. Surplus mendukung kesinambungan fiskal dengan mengurangi kebutuhan pemerintah untuk berutang. Dengan begitu, saat ini pemerintah bisa memperbaiki strategi anggarannya.

Tentu saja, jika peringkat sovereign tetap di investment grade, maka pasar domestik terlihat menarik bagi investor asing. Apalagi, CDS 5 tahun Indonesia juga telah kembali bergerak di bawah 90 setelah sempat menyentuh di atas 100 pada Maret 2023.

Untuk semester kedua tahun ini, Suhindarto melihat bahwa tren dana asing di pasar SBN akan sedikit berbeda antara awal dengan akhir paruh kedua. Menurutnya, investor profit taking di awal kuartal 2 dan masuk kembali pada pertengahan kuartal 2 dan awal kuartal 3 tahun ini.

"Saya memperkirakan setidaknya akan terdapat Rp 40 triliun untuk masuk. Angka tersebut setidaknya untuk mengkompensasi dana yang keluar di 2022 sebesar Rp 129 triliun, sementara selama 1 Januari-4 Juli 2023, asing masuk sebesar Rp 80 triliun," ungkap Suhindarto.

Namun, ia melihat di awal semester 2 ini, investor kemungkinan bakal profit taking dengan mengambill momen menjelang rapat The Fed pada 25-26 Juli 2023. Apalagi, baru-baru ini, Kepala The Fed Jerome Powell mengatakan ada ruang untuk kenaikan suku bunga setelah inflasi inti membandel untuk bergerak menuju target.

Baca Juga: Penawaran Masuk Rp 34 Triliun di Lelang Sukuk, Investor Lokal Mendominasi

Ia memperkirakan pengumuman the Fed akan menjadi momen untuk spekulasi. "Kenaikan suku bunga akan mendorong investor asing untuk melepas sementara kepemilikan mereka di pasar SUN. Saya harapkan mereka akan switch ke pasar saham setelah beberapa pekan terakhir ini sulit untuk menembus 7.000," kata Suhindarto.

Jika benar itu terjadi, maka investor kemungkinan akan masuk kembali ke pasar SUN setelah harga cukup rendah karena koreksi sesaat akibat peningkatan aktivitas spekulasi. Kemudian, menjelang akhir semester kedua, ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter akan lebih besar karena tingkat inflasi diharapkan akan terus berada di rentang Bank Indonesia.

Apalagi, momen puncak inflasi, yakni Ramadan dan Idul Fitri telah terlewati. Mempertimbangkan hal ini, Suhindarto memperkirakan asing masuk kembali pada pertengahan kuartal 2 dan awal kuartal 3 karena mereka berharap harga SUN akan naik ketika suku bunga diturunkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×