kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.911.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.226   -37,00   -0,23%
  • IDX 6.878   -3,19   -0,05%
  • KOMPAS100 1.002   -0,07   -0,01%
  • LQ45 766   -0,64   -0,08%
  • ISSI 227   0,63   0,28%
  • IDX30 394   -0,39   -0,10%
  • IDXHIDIV20 456   -1,33   -0,29%
  • IDX80 112   0,04   0,04%
  • IDXV30 114   0,89   0,79%
  • IDXQ30 128   -0,45   -0,35%

Cermati Peluang di Pasar Obligasi di Semester II, Kinerjanya Diramal Makin Stabil


Kamis, 03 Juli 2025 / 09:15 WIB
Cermati Peluang di Pasar Obligasi di Semester II, Kinerjanya Diramal Makin Stabil
ILUSTRASI. Pasar obligasi diramal kian stabil di semester II 2025 seiring ekspektasi pelonggaran moneter, di dalam negeri maupun Amerika Serikat (AS). Meski begitu, diperkirakan ada potensi rotasi oleh investor ke aset berisiko.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi diramal kian stabil di semester II 2025 seiring ekspektasi pelonggaran moneter, di dalam negeri maupun Amerika Serikat (AS). Meski begitu, diperkirakan ada potensi rotasi oleh investor ke aset berisiko.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto menuturkan ekspektasi pemangkasan suku bunga dan masih adanya ketidakpastian global masih akan mendorong permintaan obligasi. Selain itu, peran Bank Indonesia (BI) juga besar dalam mendukung pasar yang stabil lantaran telah menjadi pemegang obligasi terbesar di pasar sekunder.

"Menurunnya outstanding SRBI juga berkontribusi mengurangi risiko substitusi," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (2/7).

Baca Juga: Bank Ramai-ramai Terbitkan Obligasi, Begini Pendapat & Rekomendasi Saham dari Analis

Namun memang, beberapa risiko masih akan mewarnai pasar. Dari eksternal, sentimen kebijakan ekonomi dan moneter AS dan geopolitik mengekspos risiko bagi pasar domestik.

Sementara dari domestik, ada risiko dari peningkatan pasokan memasuki tengah tahun anggaran karena biasanya, pemerintah akan memacu anggaran untuk mencapai rancangan awal. Pada akhirnya, hal tersebut mempengaruhi defisit dan kebutuhan pembiayaan.

"Selain itu, aliran masuk modal asing masih akan relatif volatile di tengah ketidakpastian saat ini," tegasnya.

Suhindarto memperkirakan ada potensi investor justru melakukan rotasi seiring prospek pelonggaran moneter. ini. Seiring dengan itu, maka premi risiko juga berpotensi untuk semakin menurun dan membuat berinvestasi di pasar surat utang relatif menjadi kurang menarik karena imbal hasil yang ditawarkan akan menurun.

Tercermin dari gerak yield SUN 10 tahun yang juga melandai. Per Selasa (2/7), yield SUN 10 tahun berada di 6,61% atau telah turun 0,20% dalam sepekan dan 0,38% sebulan terakhir, berdasarkan Trading Economics.

Terkait yield, Suhindarto mengatakan bahwa tenor jangka pendek, menengah, dan panjang, semuanya relatif lebih menurun.

"Ke depan, kami melihat potensi penurunan imbal hasil ini masih akan terus berlanjut seiring dengan prospek kebijakan moneter yang lebih longgar atau suku bunga acuan yang lebih rendah," terangnya.

Baca Juga: 7 Bank Punya Obligasi Jatuh Tempo Bulan Juli Ini, Siapa Saja?

Itu tercermin dari kepemilikan asing, yang berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), investor asing lebih banyak masuk pada tenor-tenor pendek dan panjang, namun tidak pada tenor jangka menengah hingga Juni 2025.

Menurutnya, asing terlihat sedang mempersiapkan diri terhadap kejadian tidak terduga, seperti geopolitik saat ini dan langkah Trump pasca penundaan tarif 90 hari berakhir. Ini terindikasi dari peningkatan porsi investasi jangka pendeknya.

Pada saat yang sama, asing juga tidak mau ketinggalan dengan pemangkasan suku bunga domestik. Sehingga, memborong tenor panjang (lebih dari 10 tahun) karena tenor tersebut memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan dari apresiasi harga jika ke depan suku kembali bunga turun.

Adapun pada tenor 0-1 tahun tercatat kepemilikan meningkat dari Januari 2025 di 2,79% menjadi 5,43% pada Juni 2025. Kepemilikan pada tenor 1-2 tahun juga naik dari 6,41% menjadi 8,2%. Sementara tenor lebih dari 10 tahun naik dari 22,73% menjadi 24,07%.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto juga melihat pasar obligasi masih akan bergerak dinamis untuk jangka pendek ini. Sebab, walaupun kondisi dari domestik cukup baik, tetapi kondisi dari eksternal masih akan membuat pergerakan pasar atraktif.

Untuk investor yang sudah memiliki obligasi, penurunan yield menjadi kabar positif karena mendorong naik harga. Ramdhan memaparkan bahwa dengan tren penurunan yield, harga obligasi dalam dua pekan terakhir telah naik 1%.

“Contohnya FR103 pada lelang dua pekan lalu harganya 0,1-0,2 dan hari ini harganya 1,1-1,2 yang berarti ada kenaikan 1%,” sebutnya.

Ramdhan memperkirakan tren penurunan yield masih akan berlanjut. Untuk jangka pendek, ia memperkirakan yield SUN 10 tahun bisa ke level 6,5%, sementara pada akhir tahun diperkirakan pada rentang 6,3%-6,4%.

Baca Juga: Meski Permintaan Melambat, SBN Ritel Masih Berpeluang Cetak ATH Tahun Ini

SBN Ritel

Dengan yield yang berpotensi turun, produk SBN ritel dipandang menjadi salah satu produk pendapatan tetap yang menarik. Suhindarto memperkirakan permintaan SBN ritel di semester II masih relatif tinggi.

“Investor akan memaksimalkan momentum penerbitan SBN ritel di semester kedua, sebelum kupon tinggi akan semakin langka untuk didapatkan kedepannya,” sebutnya.

Berdasarkan jadwal, pada semester II ini akan ada empat seri SBN ritel yang akan ditawarkan pemerintah, yakni SBR014, SR023, ORI028, dan ST015. Terdekat, penerbitan SBR014 yang akan berlangsung mulai 14 Juli 2025.

Potensi kupon dinilai masih akan tergantung tenor dan kondisi yield benchmark saat penawaran berlangsung. Namun, melihat tren beberapa waktu terakhir serta perkembangan yield terkini, mengasumsikan pemerintah akan menerbitkan SBN ritel dengan tenor 2 sampai 6 tahun, Suhindarto memperkirakan potensi kupon yang ditawarkan akan berkisar antara 6% hingga 6,5%.

“Untuk SBR014, kupon masih akan berkisar 6,35%-6,45%,” tutup Ramdhan.

Selanjutnya: Tengok Kurs Dollar-Rupiah di BCA, BNI, BRI, dan Mandiri pada Kamis (3/7)

Menarik Dibaca: Tecno Pova 4 Pro Harga Juli 2025 Punya Kamera Memukau, Hasil Fotonya Natural

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×