Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar Surat Berharga Negara (SBN) diperkirakan mengalami tantangan pada tahun ini. Sentimen eksternal menjadi pemberat utamanya.
Tim riset Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) menilai, pasar obligasi pada tahun 2025 diperkirakan masih dibayangi dengan tantangan eksternal. Ekonomi Amerika Serikat (AS) diproyeksi tumbuh lebih tinggi.
"OECD tampak merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi AS tahun 2025 dari 1,60% menjadi 2,20%," tulis tim riset PHEI dalam riset, Rabu (15/1).
Agenda kebijakan-kebijakan Donald Trump yang dapat mendorong inflasi AS turut berdampak pada terbatasnya ruang The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter lanjutan. Namun, prospek pemangkasan suku bunga The Fed tetap terbuka dengan laju yang lebih lambat.
Baca Juga: Banyak Faktor Pendukung, Simak Prospek Pasar Obligasi di Sisa 2024 dan Sepanjang 2025
Berdasarkan dot plot The Fed pada rapat FOMC Desember 2024, menunjukkan kemungkinan dua kali pemangkasan atau sebesar 50 bps pada tahun 2025. kebijakan perdagangan Trump yang lebih protektif yakni kenaikan tarif impor China dan beberapa negara Eropa dapat memicu kembalinya perang dagang diperkirakan memberikan tekanan bagi rupiah.
Alhasil, potensi inflow investor asing di SBN berpotensi terbatas dalam skenario pelonggaran moneter The Fed yang lebih terbatas di tahun 2025. Menilik data Bank Indonesia (BI), selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 16 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 0,59 triliun di pasar SBN.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana sepedapat kebijakan tarif Trump berpotensi membuat yield US Treasury masih akan berada di level yang tinggi, di atas 4%. Sehingga, investor asing relatif memilih US Treasury dibandingkan Surat Utang Negara (SUN).
"Sehingga kami melihat inflow akan terbatas," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (22/1).
Baca Juga: MAMI: Peluang Pasar Obligasi di Siklus Pemangkasan Suku Bunga
Perkiraan keluarnya dana asing juga akan berlanjut sepanjang semester I 2025. Menurut Fikri, pasar kemungkinan masih menunggu adaptasi kebijakan Trump dan menurunnya risk off investor global.
Karenanya, ia memproyeksikan yield SUN 10 tahun akan berada di rentang 6,9% - 7,1% di kuartal I 2025. Adapun di akhir tahun nanti diperkirakan dikisaran 6,37% - 6,97%.
Selanjutnya: HOKI Pacu Penjualan Alternatif Beras Putih Tahun Ini
Menarik Dibaca: 5 Kebiasaan Sehat yang Harus Diajarkan kepada Anak Setiap Hari, Orang Tua Wajib Tahu!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News