Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Meski sejak awal tahun permintaannya cenderung menurun, penjualan surat berharga negara (SBN) ritel masih berpotensi menyentuh level tertinggi sepanjang masa.
Sepanjang tahun ini, pemerintah menyiapkan tujuh produk surat SBN ritel. Adapun tiga diantaranya telah selesai ditawarkan.
Produk pertama yang ditawarkan, ORI027 berhasil menyerap permintaan terbesar sepanjang sejarah SBN elektronik dengan total penjualan sebesar Rp 37,36 triliun. Selanjutnya, ST014 berhasil terjual sebanyak Rp 23,35 triliun.
Kemudian terbaru, SR022 yang baru usai ditawarkan Rabu (18/6) hari ini, terpantau laku terjual Rp 24 triliun.
Baca Juga: SBN Ritel 2025 Makin Diburu, SR022 Diprediksi Jadi Primadona Baru
Secara statistik, permintaan SBN ritel tahun ini memang turun sejak awal tahun. Namun, Fikri C. Permana, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, menilai ini lebih disebabkan kondisi ekonomi domestik secara keseluruhan.
“Indonesia sedang mencari struktur ekonomi baru, di saat yang sama ada sejumlah kekhawatiran tambahan khususnya terkait PHK dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja yang cenderung lambat,” papar Fikri kepada Kontan, Rabu (18/6).
Menurutnya, kondisi ini menahan tingkat disposable income masyarakat yang akhirnya menekan daya beli dan kemampuan kepemilikan aset. Secara keseluruhan, Fikri bilang kapital dalam negeri memang cukup terbatas.
Namun, Fikri menyebut pada dasarnya efek kondisi ekonomi saat ini lebih banyak dirasakan masyarakat kelas menengah ke bawah, yang notabenenya bukan pasar utama SBN ritel.
“Sedangkan masyarakat menengah ke atas Indonesia secara daya beli mungkin belum terlalu terganggu. Secara kapital, mereka juga masih cukup besar ruangnya. Ini yang bisa jadi salah satu dorongan permintaan terbesar dari retail nantinya,” sebut Fikri.
Tantangan
Fikri bilang yang akan menjadi tantangan pada pasar SBN ritel adalah produk pesaing, salah satunya deposito. Namun terkait ini, SBN ritel juga masih unggul secara perlakuan pajak ketimbang deposito, dengan pajak deposito di level 20% sementara SBN ritel di level 10%.
Yang perlu menjadi perhatian pada persaingan SBN ritel dan deposito barangkali soal spread imbal hasil. Dalam hal ini, Fikri bilang spread antara 300 bp – 500 bp antara keduanya akan cukup membuat investor memilih SBN ritel.
Baca Juga: Investasi Jangka Pendek Saat Pasar Fluktuatif, SBN Ritel, Deposito atau Reksadana?
Selain deposito, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan obligasi korporasi juga bisa menjadi pesaing yang memengaruhi permintaan SBN ritel.
Namun, Fikri menilai pada akhirnya profil risiko investor bakal menjadi penentu. Dengan risiko yang lebih terjaga karena 100% dijamin pemerintah dan penawaran tenor pendek, SBN ritel dinilai bakal tetap mampu mempertahankan pasarnya.
“Menilai perbandingan dengan risiko sejenis, saya pikir SBN ritel masih akan cukup prospektif dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini mungkin akan menjadi all time high untuk penjualan SBN ritel di Indonesia,” pungkasnya.
Selanjutnya: Wall St Dibuka Datar Rabu (18/6), Jelang Keputusan The Fed dan Perang Israel-Iran
Menarik Dibaca: Promo PSM Alfamart Periode 16-23 Juni 2025, Lifebuoy Cair Diskon hingga Rp 14.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News