Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia mulai menurun. Hal ini dibuktikan oleh menurunnya credit default swap (CDS) Indonesia dalam beberapa pekan terakhir.
Mengutip Bloomberg pukul 17.05 WIB, CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun berada di level 116,29 atau turun 14,61% secara month to date (mtd) hingga Selasa (17/7). CDS Indonesia tenor 10 tahun juga turun 10,90% (mtd) ke level 195,71 hingga Senin (16/7).
Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menyebut, tren penurunan CDS Indonesia sudah dimulai sejak awal Juli. Penurunan tersebut didorong oleh meredanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap dampak kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) pada pertengahan Juni lalu.
Meredanya sentimen tersebut tak hanya berdampak pada CDS Indonesia saja, tapi juga CDS di negara-negara lain yang punya peringkat utang mirip dengan Indonesia. Misalnya, CDS tenor 5 tahun milik India yang turun 2,37% (mtd) menjadi 94,96 hingga Senin lalu. Begitu pula dengan CDS tenor 5 tahun Filipina yang turun 14,48% menjadi 78,08 pada Selasa.
Made menambahkan, penurunan CDS Indonesia juga didukung oleh mulai stabilnya kurs rupiah di kisaran Rp 14.300 per dollar AS sepanjang bulan Juli. Katalis positif lainnya juga berasal dari yield Surat Utang Negara (SUN) yang perlahan mulai stabil dengan kecenderungan menurun akhir-akhir ini.
Sebagai catatan, yield SUN Indonesia untuk tenor 10 tahun saat ini berada di level 7,53%.
Fund Manager Capital Asset Management, Desmon Silitonga mengatakan, menurunnya CDS Indonesia menunjukkan iklim investasi di Indonesia sudah kembali menarik bagi investor mancanegara.
Buktinya, sepanjang bulan ini investor asing terus melakukan aksi beli di pasar obligasi Indonesia. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, dana asing di Surat Berharga Negara (SBN) bertambah Rp 5,37 triliun (mtd) menjadi Rp 835,54 triliun per 12 Juli lalu.
“Investor asing melihat pergerakan indeks dan rupiah perlahan mulai stabil. Walau terkadang terjadi pelemahan, investor masih menganggapnya wajar karena hal demikian terjadi secara global,” ungkap Desmon, hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News