Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kondisi pasar yang tidak menentu membuat sejumlah perusahaan belum berani untuk melangkah ke papan pencatatan Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka menanti waktu yang tepat agar valuasi maksimal.
Memasuki semester ke dua ini, ada beberapa perusahaan yang berniat menawarkan saham perdana (IPO). Johanes Soetikno, Direktur Utama PT Valbury Asia Securities mengatakan, ada tiga perusahaan di pipeline yang berniat melepas saham ke publik.
Ketiga perusahaan itu bergerak di sektor perdagangan komoditas perkebunan, pertambangan, dan infrastruktur. Namun, ia belum mau mengungkapkan identitas perusahaan yang dimaksud.
Ia hanya bilang, aset perusahaan itu berkisar US$ 180 juta untuk perusahaan perdagangan dan di atas US$ 500 juta untuk perusahaan pertambangan dan infrastruktur. Target dana yang dibidik minimal US$ 60 juta hingga lebih dari US$ 100 juta. "Semua akan global offering, maka itu kami harus lihat kondisi market global," ujar Johanes, Rabu (9/6).
Sehingga, ia belum dapat memastikan kapan rencana itu akan terealisasi. Jika kondisi pasar, baik domestik maupun global membaik, tidak menutup kemungkinan, kata Johanes, mereka akan menggunakan buku Juni 2015 sebagai dasar valuasi.
Ia membidik sejumlah pasar di Asia seperti Hong Kong, Malaysia, dan Singapura. Hal yang sama juga dikemukakan Michael Steven, Presiden Direktur Kresna Graha Sekurindo. Ia mendapatkan mandat dari sejumlah perusahaan untuk menangani penawaran umum perdana saham.
Sektor-sektor perusahaan itu antara lain di bidang kesehatan, jasa keuangan, properti, dan tambang. Namun, ia belum mau buka suara lebih lanjut mengenai hal tersebut. Yang jelas, pihaknya sedang menunggu waktu yang tepat agar valuasi yang ditetapkan maksimal.
Perusahaan tambang yang akan masuk bursa itu akan memanfaatkan aturan baru, yakni Peraturan BEI nomor I-A-1. Aturan ini mengizinkan perusahaan tambang mineral dan batubara belum beroperasi menjadi emiten.
Michael pernah bilang, ia akan menangani perusahaan tambang batubara yang menargetkan bisa meraup dana segar hingga Rp 1 triliun. Selain itu, ada juga perusahaan minyak dan gas (migas),
Aset perusahaan ini ditaksir mencapai US$ 500 juta. Nilai emisi yang ingin dijaring mencapai Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun. Perseroan merupakan bagian dari grup yang memiliki bisnis beragam. Mulai dari properti hingga energi. Total nilai aset grup perusahaan itu mencapai US$ 1 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News