kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.869   11,00   0,07%
  • IDX 7.280   84,53   1,17%
  • KOMPAS100 1.120   15,61   1,41%
  • LQ45 891   13,65   1,56%
  • ISSI 223   2,02   0,92%
  • IDX30 455   6,79   1,51%
  • IDXHIDIV20 549   8,70   1,61%
  • IDX80 129   1,57   1,24%
  • IDXV30 136   1,63   1,21%
  • IDXQ30 152   2,49   1,67%

Bursa global masih memerah terjangkit Covid-19


Senin, 27 April 2020 / 04:40 WIB
Bursa global masih memerah terjangkit Covid-19


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa global masih menunjukkan tren pelemahan. Pada data penutupan perdagangan Jumat (26/4), Dow Jones ditutup di level 23.775,27 atau melemah 16,69% secara year to date (ytd). Kemudian indeks FTSE 100 di level 5.752,23 atau melemah 23,74% dan Nikkei 225 di level 19.262 atau melemah 18,58% ytd. 

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan, isu utama penyebab merahnya bursa global masih terkait dengan perkembangan Covid-19. Pada pekan ini fokus pasar tertuju pada harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Mei 2020 yang tercatat di harga US$ -37,63 per barel.

Hal ini terjadi karena karena ruang penyimpanan di Cushing, Oklahoma, sudah terisi dengan cepat dan turunnya permintaan akibat pendemi Covid-19. "Minyak mentah Brent juga mengalami penurunan, tetapi tidak terlalu parah karena masih tersedia tempat penyimpanan di seluruh dunia," tulis Hans dalam rilisnya, Sabtu (25/4). 

Baca Juga: Pelarangan transportasi bisa bikin IHSG tertekan dalam jangka pendek

Pada Rabu (22/4) harga minyak WTI untuk kontrak Juni masih mengalami penurunan 43,4% menjadi US$ 11,57 per barel, karena tangki hampir penuh. Permintaan bahan bakar turun sekitar 30% di seluruh dunia pada April dan persediaan diperkirakan akan melebihi permintaan selama beberapa bulan mendatang akibat Covid-19. 

Penurunan harga minyak yang dalam menjadi indikasi penurunan ekonomi dan ancaman resesi global. Hal ini mendorong penurunan aset berisiko termasuk saham. 

Di Amerika Serikat (AS), data yang keluar belum juga membaik. Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan, lebih dari 4.427 juta orang mengajukan tunjangan pengangguran pekan lalu sehingga totalnya dalam lima minggu terakhir mencapai rekor 26 juta. Penjualan rumah (existing home) turun 8,5% pada Maret. Ini merupakan pelemahan satu bulan terbesar dalam lebih dari lima tahun terakhir akibat langkah-langkah pembatasan aktivitas sosial. 

Baca Juga: IHSG diprediksi masih tidak bertenaga bulan depan, ini rekomendasi analis

Meski begitu, di AS juga ada sentimen positif karena Presiden Donald Trump berencana membuka kembali perekonomian negaranya. Trump telah menyusun pedoman untuk membuka kembali negara bagian AS dalam tiga tahap, tetapi rencana detail tergantung pada masing-masing negara bagian. "Kami berpikir pelaku pasar akan mencermati ketika lockdown dibuka apakah akan terjadi kenaikan kasus baru Covid-19," jelas dia. 

Donald Trump juga sudah menandatangani dana bantuan untuk UMKM, rumah sakit dan lembaga riset. Pakat bantuan tersebut senilai US$ 484 miliar. Saat ini total dana pemerintah AS untuk menghadapi krisis Covid-19 akan mencapai hampir US$ 3 triliun. Ini merupakan sentimen positif bagi pelaku pasar. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×