Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Di Eropa, sentimen negatif muncul karena ketidaksepakatan mengenai ukuran dana dan bentuk paket pemulihan. Selain itu pelaku pasar kecewa dengan kurang detilnya dana darurat yang ditimbulkan karena Covid-19. Pada akhirnya, pemimpun Uni Eropa menyetujui dana penyelamatan langsung senilai € 500 miliar. "Kalau kemarin bursa Eropa memerah karena stimulus yang dirancang tidak meyakinkan pasar. Stimulus cuma € 500 miliar, padahal mereka berharap € 2 triliun," jelas Hans kepada Kontan.co.id, Sabtu (26/4).
Sentimen negatif lainnya datang dari data Refinitiv yang menunjukkan adanya 84 perusahaan S&P 500 telah melaporkan laba. Dari perusahaan-perusahaan itu ada 67% diatas estimasi laba analis. Tetapi secara keseluruhan 84 perusahaan di dalam indeks S&P 500 menuju penurunan laba 13,7% secara year-on-year.
Baca Juga: IHSG peringkat kelima di ASEAN, target penurunan terdekat bisa menyentuh 3.800
Laporan bahwa obat anti virus eksperimental untuk virus Covid 19 gagal dalam uji klinis acak yang pertama juga menjadi sentimen negatif pasar. Hal itu memukul optimisme berakhirnya pandemi Covid 19.
Sementara itu, pasar saham dalam negeri sempat menguat seiring katalis positif dari bidang perpajakan. Dalam sepekan, IHSG menguat 3,62% yoy. Pemerintah menyatakan akan memberi tarif PPh 17% pajak badan bagi perusahaan yang go public. Regulasi yang ada saat ini tarif PPh Badan sebesar 25%. Tarif PPh Badan kepada perusahaan secara keseluruhan akan diturunkan menjadi 22% pada tahun 2020 dan 2021.
Selanjutnya pada tahun 2022 tarif PPh Badan akan turun menjadi 20%. Insentif pajak tersebut mengacu ke Perppu No 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). "Tapi mungkin itu tidak bertahan lama di pasar," imbuh dia.
Baca Juga: Menerka peluang terjadinya sell in may di pasar saham pada bulan depan
Di tengah sentimen negatif tersebut, penurunan indeks bursa China menjadi yang paling tipis yaitu 7,92% ytd. Hal ini sejalan dengan kondisi China yang berhasil melewati masa puncak Covid-19 sehingga ekonomi bisa kembali dibuka. "Kasus Covid-19 di China masih mengalami peningkatan puluhan orang, tetapi tidak meledak. Mereka bisa mengendalikan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News