kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa Asia Menguat pada Jumat (2/2), Terdorong Saham-Saham Teknologi Wall Street


Jumat, 02 Februari 2024 / 18:37 WIB
Bursa Asia Menguat pada Jumat (2/2), Terdorong Saham-Saham Teknologi Wall Street
ILUSTRASI. Mayoritas indeks saham di Asia ditutup menguat hari ini, Jumat (2/2).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Di bawah pimpinan Indeks KOSPI yang naik 2,87%, mayoritas indeks saham di Asia ditutup menguat hari ini, Jumat (2/2).

Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, penguatan ini didorong oleh optimisme terkait saham-saham teknologi di Wall Street. Namun, terdapat penurunan signifikan di China, di mana Indeks Shanghai Composite mencatatkan penurunan mingguan terbesar dalam lima tahun, yakni turun 5.6% - penurunan terbesar sejak akhir 2018.

Di pasar Valuta Asing (Valas), dolar AS melemah secara umum karena kinerja keuangan perusahaan raksasa di sektor Teknologi meningkatkan keberanian investor dalam mengambil risiko. Investor saat ini menantikan rilis data tenaga kerja AS alias non-farm payrolls (NFP) malam ini. Data ini diharapkan memberikan informasi tentang kebijakan suku bunga bank sentral AS, yakni Federal Reserve.

Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.238, Net Buy Asing Mencapai Rp 1,46 Triliun pada Jumat (2/2)

Data NFP diperkirakan akan menunjukkan penambahan 160.000 pekerja di bulan Januari 2024, dengan fokus perekrutan terutama di sektor pemerintah dan layanan kesehatan. Ada juga antisipasi revisi terhadap jumlah perekrutan pekerja sepanjang tahun 2023. Indikasi terkini menunjukkan pasar tenaga kerja AS mulai mengalami perlambatan di tengah tingginya suku bunga, terlihat dari kenaikan initial jobless claims pekan lalu.

Data ADP Employment Change menunjukkan pelemahan di sektor swasta, dengan hanya 107.000 pekerja yang direkrut di bulan Januari, turun dari 158.000 di bulan Desember. Kemungkinan data NFP yang rendah dapat memicu perdebatan mengenai penurunan suku bunga acuan di bulan Maret.

Dari sisi makroekonomi, investor memperhatikan data inflasi atau consumer price index (CPI) Korea Selatan yang melambat menjadi 2,8% year-on-year (YoY) di bulan Januari, terendah sejak Juni 2023. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan harga bahan makanan.

Sementara itu, dari Australia, data indeks harga produsen atau producer price index (PPI) menunjukkan inflasi di tingkat produsen naik 4,1% Y/Y pada kuartal IV-2023, tertinggi dalam tiga kuartal, karena biaya impor dan biaya operasional meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×