kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bunga The Fed Naik, Rupiah Melempem Tembus Rp 15.000 Pekan Ini


Jumat, 23 September 2022 / 17:56 WIB
Bunga The Fed Naik, Rupiah Melempem Tembus Rp 15.000 Pekan Ini
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah melempem di pekan ini dan menembus level Rp 15.000 per dolar AS. Kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin (bps) makin menekan rupiah.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melempem di pekan ini dan menembus level Rp 15.000 per dolar AS. Kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin (bps) makin menekan rupiah.

Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang menaikkan suku bunga sebesar 50 bps menjadi 4,25% sejauh ini belum mampu membuat rupiah menguat.

Pada perdagangan Jumat (23/9), di pasar spot, rupiah melemah 0,10% ke Rp 15.037 per dolar AS. Selama sepekan, rupiah terkoreksi 0,54%.

Di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, rupiah melemah 0,01% ke Rp 15.035 per dolar AS. Dalam sepekan terakhir, rupiah tercatat melemah 0,63%.

Baca Juga: Sri Mulyani Mewanti-wanti Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan pergerakan rupiah pekan ini dipengaruhi gelombang kenaikan suku bunga yang melanda dunia karena inflasi yang tinggi.

Akibat kenaikan suku bunga menimbulkan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi serta ancaman resesi.  

"Pekan ini, dolar AS menguat signifikan setelah kenaikan suku bunga The Fed 75 bps dan akan dilanjutkan hingga akhir tahun," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (23/9).

Sutopo memperkirakan, pekan depan pergerakan rupiah cenderung mendatar, namun tidak kemungkinan adanya pelemahan terbatas.

Pekan depan, data ekonomi cenderung sepi, namun perhatian akan tetap tertuju pada krisis energi di Eropa, perlambatan ekonomi China dan geo-politik.

Sementara, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, sepanjang minggu ini pergerakan rupiah dipengaruhi keputusan dua bank sentral, yakni The Federal Reserve dan Bank Indonesia.

"The Fed memutuskan melanjutkan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 3% - 3,25%, yang merupakan level tertingginya sejak tahun 2008, sebagai respons terhadap inflasi AS yang masih berada di level yang tinggi," ujarnya.

Pada Agustus 2022, inflasi AS tercatat sebesar 8,3%, jauh di atas target jangka panjang The Fed yang berada di level 2%.

Selain itu, perang Rusia-Ukraina, membuat gangguan rantai pasokan global dan kenaikan harga komoditas dunia telah mendorong inflasi melonjak di berbagai negara termasuk di AS.

Sepanjang tahun 2022, The Fed telah menaikkan level Fed Funds Rate dengan total sebesar 300 bps, dengan kenaikan jumbo berturut-turut dalam 3 pertemuan terakhirnya masing-masing sebesar 75 bps. Sementara itu, BI juga menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps.

Menurut Reny, dengan normalisasi kebijakan moneter yang akan terus berlanjut ke depan, market mayoritas bereaksi negatif terlihat dari koreksi di pasar saham dan pelemahan nilai tukar.

Mayoritas mata uang global melemah pasca keputusan bunga The Fed termasuk rupiah yang menembus level Rp 15.000 per dolar AS.

Dalam jangka pendek, capital flight diperkirakan akan berlanjut sehingga dapat menimbulkan tekanan di pasar domestik.

Sutopo memproyeksikan rupiah pada perdagangan Senin (26/9) akan berada di rentang Rp 15.000 per dolar AS- Rp 15.150 per dolar AS. Sedangkan Reny memperkirakan rupiah akan bergerak dikisaran Rp 15.010 - Rp 15.075 per dolar AS.

Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga BI Bisa Berdampak pada Perlambatan Ekonomi Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×