Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah melesunya harga komoditas batubara, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih optimistis terhadap target yang dipasang. Tahun ini, BUMI menargetkan dapat memproduksi 85 juta ton–90 juta ton batubara.
“Tidak ada perubahan dalam panduan tahun 2020, yakni pada 85 juta-90 juta ton,” ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava saat rapat umum pemegang saham (RUPS) yang digelar di Jakarta, Kamis (9/7).
Optimisme ini didasari oleh masih menggeliatnya pasar batubara khususnya di wilayah Asia Tenggara. Dileep mengatakan, selain di Asia Tenggara, permintaan batubara dari Jepang juga masih cukup baik saat ini meskipun permintaan batubara dari China dan India sedikit mengalami tekanan akibat lockdown dan karantina wilayah.
Baca Juga: Permintaan batubara anjlok, Delta Dunia (DOID) berharap ada pemangkasan produksi
Dileep menambahkan, saat ini BUMI telah menggenggam kontrak sebesar 75%-80% dari target produksi 2020. Adapun realisasi produksi batubara BUMI untuk periode semester pertama 2020 ada di kisaran 41 juta ton-42 juta ton.
Sebagai gambaran, kinerja BUMI tertekan sepanjang tiga bulan pertama 2020. Emiten tambang batubara ini membukukan kerugian bersih hingga US$ 35,1 juta, berbanding terbalik dengan kinerja kuartal I-2019 yang masih mampu mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan senilai US$ US$ 48.4 juta.
Pendapatan bersih BUMI sepanjang tiga bulan pertama 2020 juga turun. BUMI mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$ 1,07 miliar, turun 4% dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 1,125 miliar.
Baca Juga: Cetak rugi, Bumi Resources (BUMI) tetap bayar cicilan utang US$ 6,51 juta
Untuk meningkatkan kinerja, Dileep mengatakan BUMI akan berfokus pada efisiensi dan optimasi biaya. Saat ini biaya produksi BUMI mencapai US$ 34 per ton. Dengan adanya efisiensi, maka BUMI menargetkan biaya produksi menjadi US$ 32 per ton.
Dileep pun berharap harga batubara akan segera pulih. Ia mengatakan, per akhir 2019 harga batubara masih di kisaran US$ 60 per ton, sedangkan per Kamis dini hari (9/7), harga batubara Newcastle di bursa ICE berada di posisi US$ 55,05 per metrik ton. Selisih harga inilah yang kemudian berdampak besar bagi margin BUMI.
Dengan peningkatan harga batubara pula, Dileep semakin optimistis kinerja BUMI dapat membaik sehingga membantu kelancaran dalam melunasi utang-utangnya. “Kami yakin kami bisa melunasinya lebih jika harga batubara naik,” sambung dia.
Baca Juga: Produsen Batubara Berencana Pangkas Produksi, PNBP Minerba Terancam
Kemarin (8/7), BUMI telah memproses pembayaran kesepuluh sebesar US$6,51 juta melalui agen fasilitas. Jumlah ini mewakili bunga pinjaman senilai US$6,51 juta untuk Tranche A.
Dengan pembayaran triwulanan kesepuluh ini, BUMI telah membayar keseluruhan sebesar US$ 327,82 juta secara tunai. Jumlah ini terdiri atas pokok Tranche A senilai US$ 195,8 juta dan bunga sebesar US$ 132,02 juta, termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayar (back interest).
Baca Juga: Komoditas energi bakal rebound di akhir 2020, kecuali gas alam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News