Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Untuk meningkatkan kinerja, Dileep mengatakan BUMI akan berfokus pada efisiensi dan optimasi biaya. Saat ini biaya produksi BUMI mencapai US$ 34 per ton. Dengan adanya efisiensi, maka BUMI menargetkan biaya produksi menjadi US$ 32 per ton.
Dileep pun berharap harga batubara akan segera pulih. Ia mengatakan, per akhir 2019 harga batubara masih di kisaran US$ 60 per ton, sedangkan per Kamis dini hari (9/7), harga batubara Newcastle di bursa ICE berada di posisi US$ 55,05 per metrik ton. Selisih harga inilah yang kemudian berdampak besar bagi margin BUMI.
Dengan peningkatan harga batubara pula, Dileep semakin optimistis kinerja BUMI dapat membaik sehingga membantu kelancaran dalam melunasi utang-utangnya. “Kami yakin kami bisa melunasinya lebih jika harga batubara naik,” sambung dia.
Baca Juga: Produsen Batubara Berencana Pangkas Produksi, PNBP Minerba Terancam
Kemarin (8/7), BUMI telah memproses pembayaran kesepuluh sebesar US$6,51 juta melalui agen fasilitas. Jumlah ini mewakili bunga pinjaman senilai US$6,51 juta untuk Tranche A.
Dengan pembayaran triwulanan kesepuluh ini, BUMI telah membayar keseluruhan sebesar US$ 327,82 juta secara tunai. Jumlah ini terdiri atas pokok Tranche A senilai US$ 195,8 juta dan bunga sebesar US$ 132,02 juta, termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayar (back interest).
Baca Juga: Komoditas energi bakal rebound di akhir 2020, kecuali gas alam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News