Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih menanti kejelasan pembayaran piutang sebesar US$ 395 juta yang jatuh tempo pada tahun ini. Mengutip laporan keuangan Kuartal III-2014 BUMI yang belum lama ini diterbitkan, BUMI tercatat memiliki piutang jangka panjang sebesar US$ 484,09 juta. Sebesar US$ 395,6 juta merupakan piutang yang harus dibayar oleh PT Bukit Mutiara.
Piutang itu terjadi saat Bukit Mutiara menandatangani perjanjian pinjaman dengan BUMI pada 2 November 2009 silam. Saat itu BUMI setuju untuk memberikan fasilitas pinjaman dengan jumlah pokok sebesar US$ 300 juta kepada Bukit Mutiara. Perjanjian itu sendiri dalam rangka pemesanan saham untuk mengakuisisi kepemilikan tidak langsung sebesar 90% di PT Berau Coal.
Pinjaman yang diberikan BUMI kepada Bukit Mutiara itu, tidak menggunakan jaminan dan rencananya akan dibayar seluruhnya pada tahun ini. Tingkat suku bunga pinjaman itu cukup tinggi, mencapai 12% per tahun dan jatuh tempo setiap triwulan. Lalu, perjanjian ini diamandemen pada tahun 2012. Bukit Mutiara harus membayar premi penebusan dengan internal rate of return sebesar 19% kepada BUMI saat utang ini dibayar lunas.
Namun manajemen BUMI sendiri masih belum yakin kapan piutang ini bisa dicairkan. Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI mengatakan, saat ini Bukit Mutiara sudah mengajak BUMI untuk berdialog soal mekanisme pencairan piutang jatuh tempo tersebut. "Kami sedang mendiskusikan hal ini secepatnya," ujar Dileep kepada KONTAN, Rabu (21/1).
Dileep enggan menjelaskan permasalahan apa yang membuat piutang ini tak kunjung cair. Sebelumnya, BUMI pernah berikhtiar untuk mempercepat penarikan piutang dari Bukit Mutiara secara bertahap. Pada Maret 2012 lalu BUMI ingin menarik US$ 130 juta lalu sisanya direalisasikan pada Semester I-2013. Ternyata, rencana tersebut tidak bisa direalisasikan hingga saat ini.
Padahal, pembayaran piutang itu bisa membantu BUMI untuk mengurangi beban utangnya. BUMI juga masih memiliki piutang dari Candice Investments Pte. Ltd sebesar US$ 67,73 juta.
Per Kuartal-III 2014, pendapatan bersih BUMI kembali melorot sebesar 17,42% year on year (yoy) menjadi US$ 2,18 miliar pada periode sembilan bulan tahun lalu.
BUMI mengupayakan beberapa cara untuk melunasi utangnya dan mengurangi beban bunga yang membengkak termasuk menjual aset anak usaha. Upaya itu membuat entitas Grup Bakrie ini untung tipis.
Laba bersih yang diatribusikan ke entitas induk tercatat sebesar US$ 13,3 juta. Nilai ini membaik jika dibandingkan pada Kuartal III-2013 yang masih mencatatkan kerugian hingga US$ 377,51 juta.
Untung tipis itu bisa diperoleh karena ada transaksi penjualan saham anak usaha di Mountain Netherlands ke Sea Breeze I BV, afiliasi dari Country Forest Limited. Nilai penjualannya mencapai US$ 949,52 juta. Bottom line BUMI juga terbantu dari adanya laba selisih kurs sebesar US$ 321.237. Pada periode yang sama tahun 2013, BUMI membukukan rugi kurs mencapai US$ 119,56 juta.
Sebelumnya, BUMI juga melepas saham di PT Fajar Bumi Sakti (FBS). BUMI menjual 50% kepemilikan saham di FBS kepada Jainson Holding Hong Kong Limited (Jainson), senilai US$ 130 juta. Transaksi itu dilakukan BUMI melalui dua unit usaha khusus, Bumi Resources Investment dan Leap Forward Resources Limited.
Meski kinerja BUMI dari sisi bottom line mulai membiru, laporan keuangan BUMI masih bertabur jelaga. BUMI tercatat memiliki utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu setahun sebesar US$ 3,5 miliar. Sesuai rencana, seluruh utang tersebut akan direstrukturisasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News