Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menegaskan akan segera memperbaiki laporan keuangannya. Hal ini demi mendongkrak harga saham BUMI yang terus longsor sejak tiga tahun belakangan.
Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaaan BUMI, mengatakan, perseroan menargetkan bisa mengurangi utang sebesar dari US$ 3,7 miliar per akhir Juni 2014 menjadi US$ 2 miliar di akhir 2015 mendatang.
Dileep tak menampik merosotnya harga saham BUMI karena utang yang tinggi dan penurunan harga batubara. Menurutnya, harga saham BUMI saat ini memang sudah undervalue. "Kalau sudah berhasil mengurangi utang, nilai saham bisa kembali ke Rp 800 per saham dengan total ekuitas BUMI saat ini 36,6 miliar saham," ujarnya kepada KONTAN, Senin (8/12).
Dia juga bilang, BUMI akan menggenjot produksi batubara menjadi 100 juta ton di tahun depan. Dileep bilang, jika harga batubara membaik, maka margin BUMI akan membaik pula. "Setiap kenaikan harga US$ 10 per ton, akan menambah EBITDA BUMI US$ 7 per ton. Sehingga, BUMI akan mendapat manfaat kalau harga batubara membaik," ujarnya.
Belum lama ini, BUMI mengajukan proteksi dari kemungkinan tuntutan pailit para kreditur. Permohonan diajukan ke Pengadilan Kepailitan di Manhattan, AS, oleh anak usaha BUMI, Bumi Investment Pte Ltd. Permohonan itu sebulan setelah Bumi Investment gagal membayar bunga obligasi Oktober 2014.
Saat ini, kapitalisasi pasar Grup Bakrie memang terus merosot. Pada 2008, harga BUMI sempat ke puncak tertinggi di Rp 8.550 per saham. Tetapi hari ini harga BUMI kembali longsor ke level Rp 70 per saham.
BUMI pernah memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 45,18 triliun pada tahun 2011. Hanya dalam tiga tahun, nilai kapitalisasinya merosot 93,6% menjadi Rp 2,85 triliun.
Kondisi terkini Grup Bakrie masuk radar Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK pun siap memantau koreksi nilai saham maupun penyebabnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News