Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa reksadana saham kembali merosot seirama dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulan lalu. Hal ini tercermin dari pergerakan Infovesta Equity Fund Index sepanjang November, yang turun 0,25% dibanding bulan sebelumnya. Jadi, kinerja rata-rata reksadana saham di bulan tersebut rugi 0,25%.
Dengan demikian, reksadana saham menjadi jenis reksadana yang kinerjanya paling rendah sepanjang bulan lalu. Pada periode yang sama, reksadana pendapatan tetap meraih return rata-rata sebesar 1,55%, paling tinggi dibanding reksadana lain. Sedang kinerja rata-rata reksadana campuran turun 0,09% dan reksadana pasar uang naik sebesar 0,36%.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengakui, penurunan IHSG turut berpengaruh terhadap kinerja reksadana saham. Sekadar menyegarkan ingatan, pada bulan lalu penurunan IHSG mencapai 0,89%.
Penurunan tersebut disebabkan adanya perubahan komposisi emiten yang tergabung dalam indeks MSCI. Alhasil, banyak investor asing yang melakukan rebalancing portofolio. "Jadi asing melakukan net sell dari pasar modal," kata Reza, Selasa (5/12).
Kendati begitu, produk reksadana HPAM Investa Ekuitas Strategi masih bisa meraih imbal hasil di atas indeks. Reksadana tersebut berhasil mencatat return 4,11% sepanjang bulan lalu dan 26,4% secara year to date (ytd).
Dalam mengelola reksadana ini, Reza bilang, selain menggunakan pendekatan top down, HPAM juga selektif dalam memilih emiten yang masuk dalam portofolio asetnya. Reza menuturkan, saat ini produknya masih didominasi oleh sektor infrastruktur dan industri dasar.
Senada, Plt CEO Sucorinvest Jemmy Paul Wawointana mengatakan, perubahan yang terjadi di tubuh MSCI memaksa pihaknya harus berhati-hati dalam memilih emiten. Ia pun tidak memungkiri ada sejumlah produk kelolaan Sucorinvest yang mencatat kinerja negatif atau sebaliknya pada bulan lalu.
Salah satunya produk bernama Sucorinvest Equity Fund mencatat imbal hasil sebesar 22,66% secara ytd. Namun, khusus di bulan November, kinerja produk tersebut turun 0,8%.
Ke depan, Jemmy mengatakan, Sucorinvest cenderung menghindari saham-saham di sektor konsumer, properti dan manufaktur. Menurut dia, ketiga sektor tersebut masih belum potensial, karena mengalami penurunan kinerja di bulan Oktober.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan kinerja reksadana saham tidaklah sebesar penurunan IHSG. Ia juga berpendapat, perubahan komposisi emiten dalam MSCI lebih berpengaruh buruk pada pergerakan IHSG ketimbang reksadana saham.
Pasalnya, manajer investasi akan diuntungkan apabila ada emiten yang menjadi aset portofolionya dipilih masuk dalam indeks MSCI. "Jadi semua tergantung kemampuan para manajer investasi dalam meracik portofolio di tengah sentimen tersebut," kata Wawan.
Menurut Wawan, reksadana saham masih memiliki peluang bangkit di bulan terakhir tahun ini. Secara historis IHSG memang cenderung menguat di akhir tahun hingga awal tahun depan. Diharapkan, reksadana saham juga ikut terangkat performanya hingga 6% hingga 7%. Info saja, per November, Infovesta Equity Fund Index baru tumbuh sebesar 5,49%.
Meski begitu, Wawan menyebut, tekanan eksternal seperti kebijakan pajak Amerika Serikat dan kenaikan suku bunga acuan The Fed perlu dicermati oleh para manajer investasi. Sebab, hal tersebut bisa mengganggu stabilitas indeks saham domestik dan berdampak pada performa reksadana saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News