Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyeksi kinerja reksadana pendapatan tetap tahun depan bisa jadi lebih rendah dibanding torehan kinerja di tahun ini.
Senior Research Analyst Infovesta Utama, Praska Putrantyo mengatakan, kemungkinan lebih rendahnya kinerja reksadana pendapatan tetap di 2018 terjadi karena haraga obligasi pemerintah saat ini melesat naik, seiring kenaikan rating Indonesia oleh Standard and Poor's (S&P) ke investment grade BBB-.
Kinerja reksadana pendapatan tetap juga diproyeksikan akan menurun tahun depan karena kebijakan suku bunga yang rendah seiring rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berjuang bertahan di level 5%. "Proyeksi kami reksadana pendapatan tetap menjadi lebih rendah dibanding perolehan kinerja 2017," kata Praska, Senin (27/11).
Praska memproyeksikan yield obligasi dari akhir 2017 hingga pertengahan 2018 akan berada direntang 6%-7%. Sementara, rata-rata kinerja imbal hasil reksadana pendapatan tetap diproyeksikan 8%-10% di akhir tahun 2017 dan 6%-7% di 2018.
Head of Intermediary Business Schroders Indonesia Teddy Oetomo mengatakan, potensi imbal hasil obligasi di tahun depan berkemungkinan bergerak flat atau menurun. Penyebabnya, AS yang akan menaikkan suku bunga.
Meski imbal hasil obligasi berpotensi turun, Teddy memproyeksikan penurunan yang terjadi tidak akan dalam. "Tapi obligasi masih dapat kupon, imbal hasil reksadana pendapatan tetap masih positif karena penurunan harganya masih lebih rendah dari pada kupon yang diterima," kata Teddy, Rabu (29/11).
Dengan kinerja obligasi yang menurun, maka hal ini terefleksi pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau kinerja reksadana pendapatan tetap yang tidak sebaik tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News