Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham merosot sepanjang November lalu. Infovesta Equity Fund Index mencatat, return reksadana saham pada November turun 0,25%. Padahal Oktober lalu, reksadana saham mencatat kenaikan kinerja 1,19%.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Assset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, penurunan kinerja IHSG turut berpengaruh terhadap kinerja reksadana saham. Hal ini diperlihatkan oleh rata-rata kinerja IHSG pada bulan lalu yang turun 0,89%.
Penurunan tersebut disebabkan adanya perubahan komposisi emiten yang tergabung dalam Morgan Stanley Capital International (MSCI). Alhasil, banyak investor asing yang melakukan rebalancing portofolionya. “Jadi asing melakukan net sell dari pasar modal kita,” kata Reza, Selasa (5/12).
Untungnya, kinerja produk reksadana HPAM Investa Ekuitas Strategi masih bisa meraih imbal hasil di atas indeks acuan. Produk tersebut berhasil mencatat return 4,11% sepanjang November, dan 26,4% secara year to date (ytd).
Di samping menggunakan pendekatan top down dalam mengelola produk, HPAM juga selektif dalam memilih emiten yang masuk dalam portofolio asetnya. Reza menuturkan, saat ini produknya masih didominasi oleh sektor infrastruktur dan industri dasar.
Senada, Plt CEO Sucorinvest Jemmy Paul Wawointana mengatakan, perubahan yang terjadi di tubuh MSCI memaksa pihaknya harus berhati-hati dalam memilih emiten. Ia tidak memungkiri ada sejumlah produk kelolaan Sucorinvest yang mencatat kinerja negatif atau sebaliknya pada bulan lalu.
Dari data Infovesta Utama, Sucorinvest Equity Fund mencatat imbal hasil sebesar 22,66% secara ytd. Namun, khusus bulan November, kinerja produk tersebut minus 0,8%.
Ke depannya, Jemmy mengatakan, Sucorinvest cenderung menghindari saham-saham di sektor konsumer, properti, dan manufaktur. Menurutnya, ketiga sektor tersebut masih belum potensial akibat mengalami penurunan kinerja di bulan Oktober.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, sebenarnya penurunan yang terjadi pada kinerja reksadana saham tidak sebesar IHSG.
Dia menambahkan, perubahan komposisi emiten dalam MSCI cenderung lebih berpengaruh buruk pada kinerja IHSG ketimbang reksadana saham. Pasalnya, manajer investasi akan diuntungkan apabila ada emiten yang menjadi aset portofolionya dipilih masuk dalam indeks MSCI. "Jadi semua tergantung kemampuan para manajer investasi dalam meracik portofolio di tengah sentimen tersebut," kata Wawan, Selasa (5/12).
Wawan berpendapat, reksadana saham masih memiliki peluang untuk bangkit pada bulan terakhir tahun 2017. Ini disebabkan secara historis IHSG cenderung menguat di akhir tahun hingga awal tahun depan. Diharapkan reksadana saham juga ikut terangkat performanya 6% hingga 7%.
Sekadar catatan, saat ini Infovesta Equity Fund Index mencetak return 5,49% secara ytd.
Meski begitu, Wawan menyebut tekanan eksternal seperti kebijakan pajak Amerika Serikat dan kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserves perlu dicermati para manajer investasi. Sebab, hal tersebut bisa mengganggu stabilitas indeks dan berdampak pada performa produk-produk reksadana saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News