Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap mampu mengalahkan jenis reksadana lainnya. Per 28 November, Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Infovesta mencatat kenaikan 9,39% secara year to date (ytd). Kenaikan ini lebih baik dari kenaikan Indeks Reksadana Saham Infovesta yang hanya naik 6,52% dan Indeks Reksadana Campuran Infovesta yang naik 7,06% di periode yang sama.
Tahun ini, kinerja reksadana pendapatan tetap ditopang oleh pasar obligasi yang bullish. Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo menyebut, harga obligasi pemerintah naik seiring kenaikan rating utang Indonesia oleh Standard & Poor's (S&P) ke level BBB- atau masuk investment grade.
Hal tersebut didukung oleh kebijakan suku bunga rendah yang diterapkan Bank Indonesia (BI). Hal ini seiring rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang bertahan di level 5%.
Namun analis memperkirakan, imbal hasil reksadana pendapatan tetap tahun depan tak akan secemerlang tahun ini. Maklum saja, sentimen positif di tahun 2018 mungkin tak akan sebanyak tahun ini. Peluang penurunan suku bunga acuan BI juga semakin terbatas. "Proyeksi kami, kinerja reksadana pendapatan tetap menjadi lebih rendah dibanding perolehan kinerja 2017," kata Praska, kemarin.
Ia memprediksi, yield obligasi tenor 10 tahun di akhir 2017 hingga pertengahan 2018 berada di rentang 6%–7%. Sementara, rata-rata imbal hasil reksadana pendapatan tetap 8%-10% di akhir tahun 2017 dan 6%–7% di 2018.
Bayu Pahleza, Manajer Investasi OSO Manajemen Investasi mengatakan, tahun ini yield surat utang negara (SUN) benchmark tenor 10 tahun sudah terdepresiasi 200 basis poin (bps). Kendati begitu, Bayu masih melihat potensi penurunan yield berlanjut. "Mengingat indikator ekonomi seperti inflasi dan debt to GDP yang rendah dan stabilnya pertumbuhan ekonomi di atas 5%," kata Bayu.
Namun, di tahun depan bakal ada Pilkada serentak, yang akan berlangsung di 171 daerah. Ini bisa menjadi tekanan bagi pasar obligasi. Bayu memprediksi imbal hasil reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi pemerintah tahun depan sekitar 6,5%–7,5%.
Masih positif
Dengan potensi imbal hasil reksadana pendapatan tetap yang akan turun di 2018, Bayu mengatakan, perusahaannya akan menambah porsi di obligasi pemerintah dengan tenor lebih pendek dan menyisakan sedikit cash.
Markam Halim, Managing Director, Head Sales and Marketing Henan Putihrai Asset Management, juga memprediksi yield obligasi tahun depan berpotensi flat, bahkan bisa turun. Ini dengan asumsi makroekonomi stabil, pengelolaan fiskal lebih baik, tingkat cadangan devisa dan neraca pembayaran juga cukup baik.
"Hal ini bisa membantu performa pasar obligasi di tahun depan," kata Markam. Meski begitu, Markam merasa belum perlu strategi khusus dalam mengelola reksadana pendapatan tetap di 2018.
Head of Intermediary Business Schroders Indonesia Teddy Oetomo memperkirakan, penurunan imbal hasil obligasi di tahun depan tidak akan dalam. "Tapi obligasi masih dapat kupon, imbal hasil reksadana pendapatan tetap masih positif karena penurunan harganya masih lebih rendah dari pada kupon yang diterima," kata Teddy.
Teddy, Markam dan Bayu memprediksi, kinerja reksadana saham di 2018 akan mengungguli kinerja reksadana pendapatan tetap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News