Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Para calon investor strategis mulai terang-terangan menyatakan minatnya membeli 35% saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) pun sudah secara resmi melamar Bumi. Keputusan perusahaan pertambangan plat merah ini muncul menyusul langkah raksasa produsen makanan dan minuman Filipina, San Miguel Corporation.
Sukrisno, Presiden Direktur Bukit Asam, mengaku PTBA telah menyelesaikan evaluasi global mengenai peluang mengakuisisi Bumi. Selanjutnya, perusahaan batubara ini sudah mengirimkan surat pernyataan minat kepada PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) sebagai pemilik Bumi. "Selasa lalu (28/10) kami telah menyatakannya," ujar dia kepada KONTAN, kemarin.
Jadi, lanjut Sukrisno, saat ini Bukit Asam sedang mengambil data-data spesifik dari target akuisisi tersebut. Namun, dia enggan menyebutkan data-data yang ia maksud. "Data itu berhubungan dengan aspek keuangan dan hukum yang bukan merupakan konsumsi publik," tukas dia.
Buat memuluskan proses ini, perusahaan telah menunjuk konsultan hukum dan konsultan keuangan. Setelah proses itu rampung, emiten bersandi PTBA ini akan mengancik ke tahap uji tuntas atau due dilligence terhadap isi BUMI.
Sukrisno berharap, rangkaian proses ini bisa cepat selesai tanpa menyebutkan perkiraan waktunya. Dia juga mengaku, belum bisa menemukan valuasi harga saham Bumi yang tepat untuk mengajukan harga penawaran.
Porsi Timah kecil
Sejatinya, PTBA tidak sendirian dalam mengakuisisi BUMI. Di bawah bendera Konsorsium BUMN, Bukit Asam juga menggandeng PT Timah Tbk (TINS) dan perusahaan swasta. Sukrisno bilang, konsorsium masih membuka pintu bagi perusahaan plat merah lain untuk bergabung ke dalam konsorsium.
Direktur Utama Timah Wachid Usman membenarkan bahwa TINS ikut dalam konsorsium pelamar Bumi. "Tapi keputusannya ada di konsorsium karena kami hanya menjadi pengikut," imbuhnya. Timah memilih posisi tersebut lantaran dana yang tersedia untuk akuisisi BUMI tidak terlalu banyak. "Porsinya mungkin tak seberapa, tidak bakal jadi mayoritas," ujar Wachid.
Dia malah balik mempertanyakan keseriusan Grup Bakrie melego BUMI. Pasalnya, hingga kini belum jelas apa yang ditawarkan kelompok usaha itu. "Harusnya inisiatif datangnya dari mereka, tapi mereka terlihat seperti ragu-ragu untuk menjual," tukas Wachid.
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil merestui rencana beberapa perusahaan yang di bawah asuhannya membeli saham BUMI. Pertimbangannya, potensi cadangan batubara di ladang tambang milik BUMI sangat bagus. Sehingga, bisa memenuhi kebutuhan batubara di dalam negeri. "Daripada dibeli asing, lebih baik kami yang beli," ujarnya.
Seperti kita ketahui, saat ini BNBR sedang kesulitan keuangan untuk melunasi utang jangka pendek US$ 1,2 miliar. Solusinya adalah menjual saham BUMI. Seiring penghentian sementara atau suspend perdagangan sahamnya sejak 7 Oktober 2008, BNBR memulai proses negosiasi dengan beberapa calon investor. Selain Konsorsium BUMN dan Texas Pacific Group, kabarnya San Miguel dan Tata Group juga telah memulai negosiasi dengan BNBR.
Namun, tak jelas kapan prosesnya rampung. Padahal, ini menentukan pencabutan suspend saham BUMI. Beberapa analis memperkirakan, harga saham BUMI akan rontok setelah suspend dicabut dari harga terakhir Rp 2.175 per saham. Bahkan seorang broker bercerita, harga saham Bumi di pasar gelap hanya Rp 1.000 per saham. "Ada yang mau jual 10.000 lot saham," ujarnya.
Meski beberapa emiten yang masih bersaudara dengan Bumi, seperti PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) dan PT Bakrieland Development Tbk (ELTI), sudah mulai hijau, hal itu tak akan menyelamatkan Bumi. Sebagai catatan, kemarin, saham ELTI dan UNSP mengamuk dan naik 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News