Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Perusahaan batubara, PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) membuka kemungkinan untuk melakukan diversifikasi usaha dengan menggarap bisnis pembangkit listrik alias power plant.
Amir Sambodo, Presiden Direktur BRAU mengatakan, pihaknya sedang melakukan studi untuk membangun power plant yang berkapasitas paling tidak 2 X 100 MW. "Untuk bangun power plant mine mouth (mulut tambang) dengan kapasitas itu, paling tidak dibutuhkan dana sekitar US$ 170 juta-US$ 180 juta," kata Amir di Jakarta, Rabu (6/8).
Power plant itu kemungkinan dibangun di dekat area tambang BRAU yang berlokasi di Kalimantan Timur. Namun, BRAU juga membuka kemungkinan untuk membangun power plant di daerah lain terutama Sumatera Selatan. Soalnya, di daerah tersebut banyak berdiri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang.
Amir bilang, diversifikasi ke bisnis power plant sejatinya bukan rencana baru. BRAU sudah memasukkan rencana ini dalam prospektus Penawaran Saham Perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2010 lalu.
Namun, rencana itu belum terealisasi lantaran BRAU tidak mungkin mengeluarkan belanja modal alias Capital Expenditure (capex) yang besar di tengah terpuruknya harga jual rata-rata batubara.
"Tahun ini, kami upayakan studi-nya terlebih dahulu, nanti pelaksanaannya melihat situasi dan kondisi perusahaan," jelas Amir. Nantinya, produksi listrik dari power plant tersebut sebagian besar akan digunakan untuk keperluan BRAU.
Namun, BRAU juga tetap akan menjual listrik produksi power plant baik ke PT PLN maupun ke penyedia listrik swasta. Dengan skema seperti itu, BRAU tentunya bisa mendapatkan tambahan pendapatan sekaligus lebih efisien lantaran memproduksi listrik sendiri.
BRAU memang menitikberatkan pada strategi efisiensi demi meminimalisir dampak negatif dari buruknya harga jual batubara. BRAU, misalnya, menerapkan penghematan penggunaan bahan bakar dalam kegiatan produksinya.
"Beban bahan bakar yang kami keluarkan sudah turun 5% dibandingkan tahun lalu," ungkap Amir. BRAU juga sudah bernegosiasi untuk menurunkan tarif dengan perusahaan kontraktor batubara.
Strategi efisiensi itu diklaim BRAU tidak menghambat produksi batubara. Arief Wiedhartono, Direktur BRAU mengatakan, perusahaan sudah memproduksi sekitar 14 juta ton batubara hingga akhir Juli tahun ini.
Jumlah tersebut masih sesuai dengan target produksi batubara yang sekitar 24,2 juta ton. "Kita sudah mendapatkan indikasi persetujuan untuk mendapatkan kuota produksi 24,2 juta ton di 2014 dari pemerintah," imbuh Arief.
Pada Rabu (6/8), harga BRAU ditutup turun 1,94% ke level Rp 101 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News