Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
Saham-saham perkebunan seperti SIMP, LSIP, AALI umumnya masih memiliki kinerja yang baik. Khususnya, crude palm oil (CPO) seiring dengan tren penguatan harga yang mencapai lebih dari MYR 3.000 per ton.
"Ditambah dengan pemulihan ekonomi yang sudah membaik karena Covid-19 khususnya negara negara tujuan ekspor sawit," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (24/6).
Di sisi lain, ia juga melihat potensi pemulihan kinerja KRAS yang tercermin dari net profit margin-nya. Hal ini mengindikasikan operasionalnya masih cukup baik, sejalan dengan gencarnya penetrasi ekspor baja perseroan tahun ini. Prospek yang baik juga akan dialami ITMG. Setelah pembagian dividen, ITMG masih optimis melihat kesempatan-kesempatan akuisisi tambang batubara ke depan.
Menurutnya yang perlu dipertimbangkan adalah GIAA. Baru-baru ini GIAA mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang berimbas pada pemberhentian sementara perdagangan sahamnya oleh bursa.
Baca Juga: Kejagung periksa 6 dirut perusahaan sekuritas terkait kasus Asabri
"Investor lebih melihat apa yang akan terjadi ke depan jika perseroan mengalami likuidasi karena kepentingannya paling akhir setelah pemegang saham preferen," imbuhnya.
Mempertimbangkan hal-hal di atas, ia cenderung merekomendasikan hold saham-saham plantation dalam jangka pendek. Sementara untuk ITMG dan KRAS disarankan buy.
Investor bisa buy saham ITMG di harga Rp 14.350 per saham. Adapun target harganya di Rp 15.200 per saham dan support di Rp 13.675 per saham.
Sementara itu, KRAS disarankan trading buy di harga Rp 520-Rp 525 per saham. Target harga KRAS di Rp 585 per saham dan Rp 600 per saham. Adapun support maintenance di level 505.
Selanjutnya: Tips mengatur aset di tengah volatilitas pasar keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News