Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) meminta BPJS Ketenagakerjaan atawa BP Jamsostek membuat mekanisme cut loss secara jelas dan tegas pada investasi saham dan reksadana.
Mengutip pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, BPK menyarankan BPJS Ketenagakerjaan mempertimbangkan melakukan take profit atau cut loss pada saham-saham yang tidak ditransaksikan.
"Antara lain saham Salim Ivomas Pratama (SIMP), Karakatau Steel (KRAS), Garuda Indonesia (GIAA), Astra Agro Lestari (AALI), London Sumatera Indonesia (LSIP), dan Indo Tambangraya Megah (ITMG)," tulis BPK dalam laporan ikhtisar hasil pemeriksaan (IHPS) Semester II 2020 yang dikutip pada Rabu (23/6).
Selain itu, BPJS diminta melakukan rekomposisi kepemilikan reksadana guna mengantisipasi terjadinya ketidakstabilan kondisi pasar dengan mempertimbangkan risiko dan hasil investasi yang lebih optimal.
Baca Juga: Diminta BPK cut loss saham, ini tanggapan BPJS Ketenagakerjaan
"Kemudian menyusun dan menerapkan langkah-langkah pemulihan unrealized loss secara rinci dan tidak hanya menggantungkan pada faktor uncontrollable seperti IHSG serta memulihkan likuiditas dan solvabilitas program JHT minimal pada angka 100%," ungkap BPK.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mencermati, hal tersebut dapat meningkatkan volume penjualan serta menjadi sentimen pemberat untuk pergerakan harga sahamnya. Akan tetapi, seberapa signifikan dampaknya tergantung dari banyaknya saham yang dilepas.
Secara fundamental Wawan melihat, beberapa saham memang mengalami kerugian bahkan penurunan penjualan. Akan tetapi menurutnya, selama bisnis yang dikerjakan masih berjalan, potensi kenaikan harga saham sebenarnya selalu ada.
Sepengamatannya, saham batubara seperti ITMG dan saham-saham sawit seperti LSIP, AALI, dan SIMP berpotensi mencetak kenaikan, Mengingat harga batubara dan sawit cenderung mengalami perbaikan. " Terutama nanti setelah pemulihan ekonomi dunia pasca pandemi," ungkap Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (24/6).
Baca Juga: BPK minta BP Jamsostek jual enam saham ini
Kendati memiliki peluang pertumbuhan harga, Wawan memperkirakan kemungkinan kenaikannya masih di bawah harga beli BPJS Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, BPK cenderung merekomendasikan cut loss terhadap saham-saham tersebut.
Sesungguhnya, penurunan harga yang dialami oleh saham-saham itu bisa menjadi momentum mendapatkan harga murah. Dengan catatan, investor memiliki orientasi jangka panjang di atas lima tahun, serta harus siap dengan tren koreksi dalam jangka pendek.
Tidak jauh berbeda, Technical Analyst BCA Sekuritas Muhammad Syahrizannas mencermati, usulan melepas enam saham ini dapat direspon negatif oleh pasar. Sehingga, bisa menjadi pemberat pergerakan harga enam saham itu dalam jangka pendek.
Saham-saham perkebunan seperti SIMP, LSIP, AALI umumnya masih memiliki kinerja yang baik. Khususnya, crude palm oil (CPO) seiring dengan tren penguatan harga yang mencapai lebih dari MYR 3.000 per ton.
"Ditambah dengan pemulihan ekonomi yang sudah membaik karena Covid-19 khususnya negara negara tujuan ekspor sawit," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (24/6).
Di sisi lain, ia juga melihat potensi pemulihan kinerja KRAS yang tercermin dari net profit margin-nya. Hal ini mengindikasikan operasionalnya masih cukup baik, sejalan dengan gencarnya penetrasi ekspor baja perseroan tahun ini. Prospek yang baik juga akan dialami ITMG. Setelah pembagian dividen, ITMG masih optimis melihat kesempatan-kesempatan akuisisi tambang batubara ke depan.
Menurutnya yang perlu dipertimbangkan adalah GIAA. Baru-baru ini GIAA mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang berimbas pada pemberhentian sementara perdagangan sahamnya oleh bursa.
Baca Juga: Kejagung periksa 6 dirut perusahaan sekuritas terkait kasus Asabri
"Investor lebih melihat apa yang akan terjadi ke depan jika perseroan mengalami likuidasi karena kepentingannya paling akhir setelah pemegang saham preferen," imbuhnya.
Mempertimbangkan hal-hal di atas, ia cenderung merekomendasikan hold saham-saham plantation dalam jangka pendek. Sementara untuk ITMG dan KRAS disarankan buy.
Investor bisa buy saham ITMG di harga Rp 14.350 per saham. Adapun target harganya di Rp 15.200 per saham dan support di Rp 13.675 per saham.
Sementara itu, KRAS disarankan trading buy di harga Rp 520-Rp 525 per saham. Target harga KRAS di Rp 585 per saham dan Rp 600 per saham. Adapun support maintenance di level 505.
Selanjutnya: Tips mengatur aset di tengah volatilitas pasar keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News