Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bekerja sama dengan tiga manajer investasi untuk menerbitkan reksadana pendapatan tetap. Tercatat, PT Mandiri Manajemen Investasi, PT Bahana TCW Investment Management, serta PT Danareksa Investment Management bakal mengelola produk yang bertajuk Reksadana Pendapatan Tetap Indonesia Sehat tersebut.
Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan Kemal Imam Santoso mengungkapkan, ketiga manajer investasi ini telah mengantongi izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tujuan penerbitan reksadana pendapatan tetap ini guna memenuhi ketentuan peraturan OJK Nomor 1/POJK.05/2016 tentang Investasi Surat Berharga Negara (SBN) Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non – Bank. Kebijakan ini mewajibkan BPJS Kesehatan untuk memperbesar porsi investasi pada obligasi pemerintah minimal 30% sebelum akhir tahun 2016.
Selain itu, Reksadana Pendapatan Tetap Indonesia Sehat ini berjenis endowment fund alias dana abadi. Artinya, hasil kelolaan reksadana besutan manajer investasi dan BPJS Kesehatan tersebut bakal digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan sosial dan non profit.
"BPJS Kesehatan selaku badan hukum publik yang memiliki prinsip nirlaba, bekerja sama dengan manajer investasi untuk menjalankan konsep endowment fund ini dalam reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif," terangnya.
Endang Astharanti, Director of Sales & Product Mandiri Manajemen Investasi berujar, perusahaan sudah mengoleksi izin efektif dari OJK pada tanggal 11 November 2016 dengan nama Mandiri Pendapatan Tetap Indonesia Sehat. Ada tiga skema investasi yang dapat diambil investor.
Pertama, kelas VVIP di mana seluruh pokok dan imbal hasil investasi akan disumbangkan. Kedua, paket VIP di mana 50% dari hasil investasinya bakal didonasikan. Kemudian kelas reguler di mana pokok maupun imbal hasil investasi menjadi milik investor, hanya biaya manajemen yang akan disumbangkan.
Perusahaan mematok biaya manajemen sebesar 0,5% per tahun. Separuh dari biaya manajemen tersebut nantinya juga bakal didonasikan. Reksadana ini menggunakan bank kustodian PT Bank Central Asia Tbk.
Endang berharap, pada Desember 2016, produk Mandiri Pendapatan Tetap Indonesia Sehat sudah dapat mulai ditawarkan ke investor. Untuk tahap awal, ia optimistis reksadana pendapatan tetap ini dapat membukukan dana kelolaan sekitar 50 miliar. "Kami berharap hingga akhir tahun 2016, Mandiri Pendapatan Tetap Indonesia Sehat dapat memperoleh dana kelolaan hingga Rp 200 miliar," terangnya.
Muhammad Hanif, Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi memperkirakan, produk anyar ini dapat memberikan imbal hasil (return) lebih dari 7% per tahun. Sesuai dengan kebijakan investasi reksadana pendapatan tetap pada umumnya, perusahaan bakal leluasa mengalokasikan dana 80% - 100% pada obligasi pemerintah, baik konvensional maupun sukuk. Sisanya 0% - 20% berupa instrumen pasar uang.
"Saat ini kami lebih memilih menaruh dana di SBN bertenor pendek, kurang dari 10 tahun sambil mencermati situasi yang ada," paparnya.
Maklum, dalam kurun beberapa pekan terakhir, pasar surat utang dalam negeri cenderung tertekan. Bahkan yield surat utang negara (SUN) seri acuan bertenor 10 tahun yakni FR0056 sudah melejit ke level 7,98%.
Pemicunya, ketidakpastian baru di dunia akibat terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke - 45. Terlebih berdasarkan konsensus Bloomberg, peluang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) pada Desember 2016 sudah membesar hingga level 98%.
Direktur Utama Danareksa Investment Management Prihatmo Hari Mulyanto mengungkapkan, investor yang berminat mengoleksi Reksadana Pendapatan Tetap Indonesia Sehat tersebut dapat melakukan pembelian awal minimal Rp 1 juta. Perusahaan mengutip biaya pembelian maksimal 2%. "Sementara biaya penjualan maksimal 1%. Ada juga biaya bank kustodian 0,25% per tahun," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News