kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BNBR Tunda IPO Anak Usaha


Rabu, 30 Juni 2010 / 08:30 WIB
BNBR Tunda IPO Anak Usaha


Reporter: Abdul Wahid Fauzie, Avanty Nurdiana | Editor: Edy Can

JAKARTA. Setelah menunda rencana penerbitan obligasi global, PT Bakrie & Brothers TBK (BNBR) juga menunda rencana pelepasan saham perdana alias initial public offering (IPO) anak usahanya, PT Bakrie Indo Infrastructure. Sedianya, IPO perusahaan infrastruktur ini berlangsung tahun ini, tapi diundur hingga dua atau tiga tahun mendatang.

"Krisis yang sedang melanda Eropa dan kondisi pasar modal yang belum stabil membuat kami menunda dulu," kata Presiden Direktur BNBR Bobby Gafur S. Umar, kepada KONTAN, akhir pekan lalu (25/6).

BNBR lebih memilih mencari mitra dalam mengembangkan anak usahanya tersebut. Bobby mengklaim, BNBR sudah menjajaki beberapa perusahaan untuk menjadi mitra Bakrie Indo Infrastructure. Namun, ia masih merahasiakan identitas perusahaan-perusahaan itu, berikut kemungkinan mereka menjadi pemegang saham Bakrie Indo Infrastructure. "Saya belum bisa ungkapkan, ini strategi bisnis soalnya," paparnya.

Sedianya, Bakrie Indo Infrastructure akan menggelar IPO dengan harapan meraih dana segar untuk melunasi utang-utang jangka pendek mereka. Sekadar catatan, nilai aset perusahaan Bakrie ini mencapai Rp 94,97 miliar. "Karena IPO mundur, maka kami akan merestrukturisasi utang jangka pendek menjadi utang jangka panjang," tegas Bobby.

Pandai cari utang

Sayangnya, Bobby juga masih merahasiakan utang jangka pendek mana saja yang akan mereka restrukturisasi. Namun, berdasarkan laporan keuangan BNBR per 31 Maret, BNBR memiliki utang jangka pendek sebesar Rp 4,03 triliun. Jumlah ini naik 235,83% ketimbang periode sama tahun lalu, yang mencapai Rp 1,2 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan itu, BNBR telah beberapa kali memperpanjang jatuh tempo utangnya. Pada Oktober 2009, BNBR memperpanjang pinjaman sebesar Rp 259,77 miliar dari Brentwood Ventures Pte. Ltd yang jatuh tempo Oktober 2009 menjadi Oktober 2010. BNBR juga memperpanjang jatuh tempo utang dari Bank BRI (BBRI) dari November 2009 menjadi November 2010.

Walau kerap memperpanjang jatuh tempo pembayaran utangnya, BNBR tetap piawai mencari pinjaman jangka pendek. Buktinya, pada 3 Februari 2010, BNBR mendapat fasilitas pinjaman dari Ace Business Ltd, Seychelles, sebesar Rp 1 triliun atau US$ 105,26 juta.

BNBR harus melunasi utang tersebut pada Mei 2010 sebesar Rp 400 miliar, Juni 2010 sebesar Rp 290 miliar, dan Agustus 2010 sejumlah Rp 310 miliar.

BNBR juga mendapat pinjaman US$ 42,2 juta dari Ascention Ltd., Seychelles, dengan bunga 15%. BNBR harus membayar utang ini pada Mei 2010 sebesar Rp 200 miliar, dan Agustus Rp 200 miliar.

Chandra, Analis e-Trading Securities, menjelaskan, jika BNBR merestrukturisasi utang maka akan sangat membebani keuangan perusahaan. "Sebab, BNBR akan mendapatkan bunga yang lebih tinggi," ungkapnya. Padahal, tujuan dari refinancing adalah mencari pendanaan yang lebih murah.

Nah, lantaran utang jangka pendek BNBR sangatlah besar, maka bunga yang tinggi ini tentu akan membuat kinerja perusahaan Grup Bakrie ini bakal terganggu. "Beban bunganya akan memangkas laba bersih perusahaan," ujar Chandra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×