Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, harga aset Bitcoin terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Tren kenaikan tersebut mendorong BlackRock, salah satu perusahaan investasi global, merekomendasikan para investor untuk mempertimbangkan alokasi sekitar 1% hingga 2% dari total portofolio investasi mereka ke Bitcoin agar investasi lebih seimbang dan terukur bagi investasi dengan toleransi risiko terhadap aset kripto.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan bahwa rekomendasi BlackRock didasarkan pada pendekatan risk budgeting. Lewat pendekatan ini, setiap aset dievaluasi berdasarkan kontribusinya terhadap risiko keseluruhan portofolio.
Bitcoin juga berkinerja baik sepanjang tahun ini. Berdasarkan CoinMarketCap, Selasa (17/12), pukul 19:01 WIB, Bitcoin bertengger di US$ 106.777 per koin. Level tersebut meningkat 2,93% dalam sehari, sementara dalam setahun meroket 154,79% dalam setahun terakhir.
Baca Juga: Bitcoin Terus Cetak Rekor Baru, Ini yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Berinvestasi
Namun demikian, Fyqieh mengingatkan karakteristik Bitcoin yang memiliki volatilitas tinggi. Oleh karena itu, alokasi 1%-2% dinilai masih stabil walaupun nantinya ada koreksi tajam. Di sisi lain bitcoin berperan sebagai diversifier efektif dengan korelasi rendah terhadap saham dan obligasi.
"Alokasi kecil memungkinkan investor untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan signifikan Bitcoin, yang saat ini berada di kisaran US$ 107.000, tanpa membebani portofolio dengan volatilitas yang berlebihan," kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).
Langkah tersebut menjadi semakin relevan di tengah sentimen positif global, seperti kebijakan pro-kripto dari Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang memicu arus dana miliaran dolar ke aset berbasis Bitcoin, termasuk ETF IBIT milik BlackRock.
Dengan rekomendasi dari BlackRock, Fyqieh yakin hal itu akan membuka peluang baru bagi pasar kripto di Indonesia. Dukungan dari institusi keuangan raksasa seperti BlackRock akan menciptakan sentimen positif yang dapat mendorong peningkatan arus investasi ke Bitcoin, baik dari investor institusi maupun ritel di dalam negeri.
"Langkah ini memperkuat posisi Bitcoin sebagai instrumen investasi yang semakin diakui secara global, sekaligus memberikan legitimasi lebih terhadap adopsi aset kripto di Indonesia," ujar Fyqieh.
Baca Juga: Bitcoin Terus Mencatat Kenaikan Harga, Simak Strategi Untuk Investor Dalam Negeri
Di sisi lain, CEO Indodax Oscar Darmawan menilai investasi di bitcoin memerlukan strategi yang matang karena volatilitas harganya yang tinggi.
Menurutnya, strategi yang paling manjur dan terbukti efektif dari waktu ke waktu adalah metode Dollar Cost Averaging (DCA). Mentide tersebut merekomendasikan investor secara rutin membeli Bitcoin dalam jumlah tetap, terlepas dari harga pasar saat itu. Hal ini untuk membantu investor mengurangi dampak volatilitas harga dan menghindari keputusan emosional.
"Dengan konsistensi dalam membeli, investor bisa mendapatkan harga rata-rata yang lebih stabil dalam jangka panjang," kata Oscar kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).
Meski demikian, strategi dari BlackRock juga bisa dipertimbangkan. Sebab investor bisa mendapatkan potensi keuntungan dari kenaikan harga Bitcoin tanpa terlalu membahayakan total portofolio investasi.
Baca Juga: Bitcoin Tembus US$ 107.000, Dipicu Dukungan Institusional dan Sentimen Positif
Di Tanah Air sendiri, pasar bitcoin terus meningkat seiring dengan bertambahnya kesadaran akan pentingnya diversifikasi portofolio investasi. Oscar mencermati banyak investor di Indonesia yang mulai mengadopsi strategi alokasi portofolio ke Bitcoin lewat DCA, sejalan dengan pendekatan yang digunakan oleh manajer aset internasional seperti BlackRock.
Ke depannya, Oscar optimistis bitcoin punya prospek positif. Proyeksi ini didukung oleh faktor-faktor fundamental seperti penurunan tekanan jual di pasar, partisipasi institusional yang meningkat, dan dukungan dari faktor makroekonomi global.
Sementara Fyqieh memproyeksi harga bitcoin berpeluang besar melampaui US$ 120.000 per koin, didorong dengan inflasi yang terkendali dan kebijakan suku bunga yang cenderung dovish. Apalagi bitcoin mulai dilihat sebagai safe haven dan lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi. Selain itu akuisisi MicroStrategy dinilai menciptakan tekanan pasokan terbatas yang mendorong harga bitcoin naik lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News